JOMBANG.TV — Ada rindu yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Rindu yang hanya bisa luruh dalam riuh suara gitar, sorak penonton, dan gemerlap lampu panggung. Sabtu malam (19/7/2025), rindu itu pecah, menetes jadi keringat, jadi jerit kegembiraan, jadi tangan-tangan terangkat di bawah langit Stadion Jombang.
Jauh sebelum panggung berdentum, ribuan orang sudah mengalir. Dari gang-gang kecil, dari jalan-jalan desa, dari kota-kota tetangga, semua menujunya ke satu titik: stadion yang malam itu terlihat megah.
Anak-anak muda datang berboncengan motor, orang tua menggandeng anaknya, geng remaja berdiri berkelompok sambil sesekali tertawa lepas seolah mau membayar lunas sepi konser yang pernah memanjang bertahun-tahun.
“Dulu terakhir lihat konser ya sebelum pandemi. Rasanya kok rindu banget bisa teriak bareng orang banyak, nyanyi sampai suara habis,” kata Daniar (24), matanya berbinar, berdiri bersama sahabat-sahabatnya.
Saat lampu sorot menari di langit, gitar mulai meraung. Dentuman drum seperti degup dada yang berdebar lebih kencang dari biasanya. Begitu bait pertama “Hapus Aku” dilantunkan, stadion seolah berganti jadi paduan suara raksasa. Ribuan mulut bergerak kompak, lampu ponsel berkelip di udara, dan suara nostalgia merangkai kenangan lama.
Beberapa orang memejamkan mata, menengadahkan kepala, membiarkan lirik yang pernah mereka putar berulang di kamar kini bergema ribuan kali lipat.
Ada yang merangkul sahabatnya, ada yang tertawa sambil merekam. Yang lain, seperti Sari (22) asal Mojoagung.
“Seru, sudah lama Jombang nggak pernah ada konser musik. Baru ini nih Dialog Cinta yang bisa mengundang penyanyi papan atas,” ungkapnya.
Panggung malam itu tak hanya milik satu nama. Saat Widi Vieratale muncul dengan kaos putih oversize dan rok senada, lautan manusia kembali pecah.
Widi tersenyum, melambaikan tangan, lalu membiarkan stadion larut bersama “Yang Ku Mau.” Kompak penonton menimpali, beberapa berdiri di pundak temannya, tangan teracung ke langit. Bukan hanya lirik, tapi rindu yang dilontarkan serempak ke udara.
Di tepi tribun, Pak Joko (43) duduk di atas tikar plastik, istrinya merangkul bahu, anak mereka sesekali menepuk tangan. “Anak saya dari kemarin sudah tanya kapan bisa nonton musik langsung. Malam ini dia punya cerita. Biar dia tahu rasanya nyanyi bareng orang segini banyaknya,” katanya sambil menatap panggung yang benderang.
Malam perlahan menua, tapi penonton enggan pulang. Beberapa masih duduk di rumput, membuka rekaman di ponsel masing-masing, membagikan potongan video ke grup keluarga, ke teman lama, sebagai tanda: Aku di sini. Aku ada di antara ribuan orang yang rindu.
Dan rindu itu tentu saja belum selesai. Karena Dialog Cinta masih menyiapkan puncak yang lebih megah. Malam ini (20 Juli 2025) panggung raksasa di jantung kota bersiap lagi diserbu gelombang manusia. Ribuan langkah akan menyatu, berjajar, menunggu denting pertama yang membuka gerbang nostalgia.
Dewa 19, NDX A.K.A, dan Hadad Alwi akan naik pentas, menyalakan bara rindu yang sejak kemarin tak kunjung padam. Suara Ello akan menembus malam, menembus hati yang mungkin diam-diam masih menyimpan nama.
Di atas panggung, karya-karya Ahmad Dhani, lagu-lagu yang jadi masterpiece selama puluhan tahun, akhirnya bisa dimainkan di kota santri, di hadapan lautan manusia yang tak pernah benar-benar kenyang.
“Besok saya datang lagi. Mau dengar Kangen dinyanyikan ribuan orang, mau lihat Ello live. Biar rindu saya lunas,” kata Rendra (27), yang malam itu pulang dengan suara serak, tapi matanya berbinar penuh harap.
Di Jombang, malam memang tak pernah benar-benar sunyi. Ada ribuan suara yang masih akan menggema.
Ini bukan sekadar konser, ini rumah bagi kenangan. Ini penanda, bahwa Dialog Cinta bukan hanya tentang musik, tapi tentang temu, peluk, dan rindu yang tak mau selesai.
Sudah siap berdiri di antara ribuan yang sama-sama haus? Malam ini, panggung memanggil pulang. (Fit)
Komentar untuk post