JOMBANG.TV – Kepala Laboratorium Integrated Digital Research FISIP – UPN “Veteran” Jawa Timur Irwan Dwi Arianto, menjalani wisuda Strata tiga di Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu (2/12) kemarin.
Irwan, sapaan akrabnya meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan Disertasi dan menyakinkan Sembilan orang penyanggahnya dalam sidang terbuka yang digelar pada akhir oktober 2023 lalu.
Disertasi dengan judul ‘Kontestasi Opini antara Follower Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah tentang Isu Politik Masa Jabatan Presiden 3 Periode’ berhasil meyakinkan para penyanggah yang mayoritas merupakan pakar sejumlah disiplin ilmu. Diantara para penyanggah adalah Profesor Bagong Suyanto, Guru Besar bidang soiologi ekonomi, Profesor Rachmah Ida, Guru Besar bidang studi media, serta Profesor Kacung Marijan, Guru Besar ilmu politik.
Dalam penelitian yang dilakukan dalam jejering media sosial twitter tersebut, Irwan mengkombinasikan data big data yang didapat secara kuantitatif kemudian dinarasikan dan dianalisis menggunakan metode kualitatif kritis, sehingga menghasilkan sejumlah konsep baru seperti Pseudo Power (kekuatan semua) dan Shifting Power (pergeseran kekuatan). Ruang kontestasi baru di media sosial, dari hasil penelitian diketahui mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak bisa dijalani dan dikendalikan dengan cara-cara konvensional.
“Aktor atau akun tertentu dengan banyak pengikut/ follower belum tentu kuat bersaing dalam menyikapi isu tertentu. Bahkan, sesuatu yang didorong oleh buzzer melalui media sosial, bisa menjadi kekuatan semu (pseudo power) jika tidak memahami viral value, karakteristik aktor, dan kesesuaian antara narasi yang dibangun dan perkembangan isu yang ada,” terang Irwan saat memaparkan hasil penelitiannya.
Dengan perkembangan media sosial dan internet hari ini, Irwan yang juga mengajar di jurusan ilmu Komunikasi ini menambahkan, era digital mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam dunia politik saat ini. Media sosial memungkinkan individu untuk menyampaikan pandangannya secara langsung tanpa melalui perantara. Jaringan dan algoritma yang ada di media sosial saat ini juga menyulitkan elit penguasa untuk mengontrol sepenuhnya narasi yang berkembang di masyarakat.
Bahkan, lanjut founder Asigta.org ini, masyarakat saat ini semakin sadar dan mulai bisa memilah jika ada upaya manipulasi informasi yang disebar melalui media sosial. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi elit politik hari ini yang sedang berkontestasi dalam pemilihan presiden maupun pemilu. Mereka harus mempunyai strategi yang tepat agar bisa memenangkan kontestasi wacana di media sosial.
“Mereka tidak lagi bisa melihat media sosial secara kuantitatif. Mereka harus melakukan riset mendalam tentang wacana komunikasi big data,” imbuh Irwan.
Guru besar bidang kajian media dan komunikasi, Profesor Anang Sujoko dari Universitas Brawijaya Malang menyampaikan, Disertasi yang dihasilkan merupakan capaian yang luar biasa dalam tema kajian komunikasi kontemporer, terutama dalam kajian komunikasi politik.
Sementara, Surokim Abdussalam, pengamat politik dan wakil rector 3 Universitas Trunojoyo Madura menyampaikan bahwa penelitian big data yang telah dilakukan, ternyata mampu menjelaskan bahwa survey manual melalui kuisioner hasilnya bisa sama dengan analisis dan survey yang dilakukan dengan big data.
“Perkembangan media sosial dan juga penelitian dalam big data yang ada di media sosial dan internet ini perkembangannya luar biasa. Hal ini tentu merupakan sumbangan yang besar bagi kajian ilmu komunikasi,” papar Surokim. (jbg2/adm)
Komentar untuk post