JOMBANG.TV- Siang itu, Rabu (2 Juli 2025), aula Kecamatan Megaluh tampak lebih hangat dari biasanya. Para kader Posyandu, ibu-ibu PKK, perangkat desa, hingga tokoh masyarakat tampak larut dalam suasana diskusi penuh semangat. Di tengah mereka berdiri sosok yang kini menjadi penggerak semangat baru Posyandu Jombang, Hj. Yuliati Nugrahani.
Sebagai Ketua TP PKK sekaligus Ketua Posyandu Kabupaten Jombang, Yuliati Nugrahani datang bukan sekadar memberi pengarahan. Ia datang membawa misi besar: menyederhanakan pemahaman rumit tentang 6 Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar benar-benar bisa dijalankan kader Posyandu di lapangan.
Di hadapannya, Ketua TP PKK Kecamatan Megaluh sekaligus Plt Camat Megaluh, Ummi Salamah, sudah lebih dulu memaparkan geliat kerja nyata di wilayahnya.
“Kami di Megaluh terus berupaya agar kader tidak hanya jadi pelaksana, tetapi juga motor penggerak perubahan di desanya masing-masing. Dengan dukungan Ibu Yuliati, kami yakin Posyandu di Megaluh akan semakin maju dan mandiri,” ungkap Plt Camat Megaluh, Ummi Salamah.
Program Bina Keluarga Balita (BKB) Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKD Emas) yang sudah dijalankan menjadi bukti komitmen penanganan stunting tak lagi hanya slogan.
Namun mereka tahu, beban kerja kader di tingkat desa tak bisa hanya didorong dengan program, tapi juga butuh pemahaman yang sederhana dan pendampingan terus-menerus.
Di sinilah peran Yuliati Nugrahani terasa membumi. Ia paham benar, tak semua kader familiar dengan istilah 6 SPM: Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Ketentraman dan Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, serta Sosial.
Karena itulah, Yuliati tak segan turun ke kecamatan-kecamatan, menjelaskan satu per satu, membagi contoh nyata, hingga para kader tidak lagi merasa kewalahan.
“Kerja Posyandu memang semakin luas, tetapi kita harus bergotong royong. Tidak bisa jalan sendiri. Makanya nanti akan selalu kita hubungkan dengan dinas-dinas terkait. Jadi kader tidak perlu bingung sendirian,” begitu ia meyakinkan, suaranya lembut tapi tegas.
Selain memastikan 6 SPM berjalan, Yuliati juga selalu menekankan pentingnya pemberdayaan keluarga lewat penguatan UMKM.
Baginya, Posyandu bukan hanya ruang timbang balita, tapi juga pintu masuk menggerakkan ekonomi keluarga. Ia mendorong lahirnya peta kuliner di tiap desa, mengangkat potensi lokal agar bisa dikenal lebih luas. Tak kalah penting, ia juga mengingatkan para kader agar tetap peduli menjaga lingkungan sekitar.
Kehadiran Yuliati Nugrahani bersama Ning Ema Erfina di Megaluh bukan sekadar simbol. Mereka datang membawa suntikan semangat, agar desa-desa di Kabupaten Jombang terus bergandengan tangan bersama Abah Bupati Warsubi dan Gus Wakil Bupati Salmanudin Yazid dalam mewujudkan Jombang Maju dan Sejahtera untuk Semua.
Di akhir pertemuan, Yuliati berulang kali mendekat ke barisan kader, menanyakan perkembangan serta satu per satu kesulitan mereka. Ia tak segan mencatat detail kebutuhan yang perlu disampaikan ke dinas.
Baginya, keberhasilan Posyandu hanya bisa dicapai bila kader merasa didengar.
Langkah-langkah kecil inilah yang akan menggerakkan Megaluh, dan perlahan, satu kecamatan ke kecamatan lain di Jombang untuk menapaki perubahan.
Tak lupa dengan perannya sebagai Bunda Literasi, Yuliati juga tak lelah mengingatkan para Ibu untuk menemani proses belajar anak-anak di rumah.
Karena menurutnya, di balik satu buku yang dibacakan, tersimpan ribuan harapan baik untuk masa depan anak-anak.
“Sebagai Bunda Literasi, Saya percaya, setiap ibu adalah guru pertama di rumah. Saya ingin mengajak semua orang tua, terutama para Ibu di Jombang bersama-sama menumbuhkan budaya literasi, mulai dari rumah, demi generasi yang berilmu, berdaya, dan berkarakter,” tambahnya.
Di tangan para kader, harapan-harapan kecil itu tumbuh. Di tangan Yuliati Nugrahani, semangat gotong royong itu dijaga tetap menyala. (Fit)
Komentar untuk post