JOMBANG.TV – Seorang perempuan muda berdiri anggun di hadapan para peserta rapat pleno PKK Kabupaten Jombang. Dengan suara tenang namun menyentuh, ia membuka memori masa kecilnya.
Mengenang sosok yang paling membentuk hidupnya. Ia adalah Novadonna Bilytha Puspytasari, putri kedua dari Bupati Jombang H. Warsubi dan Ketua TP PKK Jombang, Yuliati Nugrahani.
Momen tersebut berlangsung dalam rapat pleno PKK di Gedung PKK Kabupaten Jombang, Jumat pagi (8/8/2025). Di depan para ibu-ibu penggerak keluarga, Novadonna memaparkan kisah pribadinya dalam kerangka penguatan peran ayah dalam keluarga. Sebuah testimoni hidup tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.
“Papa saya itu sangat protektif,” ujar Donna, senyum mengembang di wajahnya. “Bahkan colokan listrik di rumah pernah sampai dilakban, karena Papa takut kami kesetrum.”
Di balik tindakan-tindakan sederhana itu, Donna menemukan cinta. Cinta yang tidak selalu tampil dalam kata, tapi terasa dalam perhatian dan konsistensi. Ia masih mengingat betul bagaimana sang ayah selalu menunggu di depan toilet setiap kali mereka ke mal. Tak pernah meninggalkan, baik anak-anaknya, maupun istrinya.
Kisah Donna menggambarkan secara nyata prinsip keterlibatan ayah yang dijelaskan dalam teori Lamb (1985). Yakni interaksi langsung, aksesibilitas, dan tanggung jawab. H. Warsubi adalah representasi hidup dari konsep itu. Ia tak sekadar hadir secara fisik, tapi terlibat emosional, aktif, dan penuh kesadaran akan perannya sebagai ayah.
Cinta Tak Harus Sepeda
Donna mengenang masa kecilnya saat dirinya merasa iri dengan teman-temannya yang pergi ke sekolah naik sepeda. Ia pun sempat meminta dibelikan sepeda. Namun jawaban Papa kala itu membekas dalam.
“Jangan sampai anak-anaknya Papa susah, Nak. Papa bisa jemput dan antar ke mana-mana,” ujar Donna menirukan kalimat ayahnya.
Kini, setelah dewasa, ia menyadari, keputusan itu bukan karena keterbatasan finansial, tapi karena kepedulian dan keinginan untuk menjaga.
Saat Sakit, Papa yang Menjadi Perawat
Salah satu memori yang paling melekat dalam hati Donna adalah saat ia sakit sesak. Dalam kondisi itu, sang ibunda juga sedang tidak sehat. Maka, Papa-lah yang turun tangan.
“Punggung saya dipijit, perut saya dielus, dan saat saya muntah-muntah, Papa yang bersihkan semua. Papa bilang ke Mama saya, “Wis ma, aku sing ngurusi. Aku tidak mau kehilangan.”
Suara Donna sedikit bergetar ketika mengucapkannya. Tak hanya karena kenangan itu mengharukan, tapi karena nilai yang tertanam sangat dalam seorang ayah yang memilih hadir secara utuh, bukan hanya sebagai kepala keluarga, tapi juga penjaga cinta.
Nilai-Nilai dari Seorang Papa
Tak lupa, Papa selalu memberikan nasihat-nasihat sederhana yang terus dibawa Donna hingga dewasa. “Jangan lupa salat, itu pesan yang terus diulang. Bahkan ketika tidak sedang bicara serius, Papa selalu sempatkan mengingatkan kami soal itu.”
Pesan ini bukan sekadar wejangan religius, tapi juga bentuk perhatian emosional dan spiritual. Dan itulah yang membuat Donna tumbuh dengan akar nilai yang kuat.
Relevansi GATI: Kapan Ayah Mulai Hadir?
Cerita Donna bukan hanya nostalgia pribadi. Dalam konteks yang lebih luas, testimoni ini mendukung gerakan nasional GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia) yang tengah digencarkan oleh pemerintah Kabupaten Jombang melalui pendekatan edukasi dan budaya. GATI menekankan pentingnya keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan anak dan pendampingan remaja.
Data UNICEF 2021 menyebutkan bahwa 20,9% anak di Indonesia mengalami kehilangan kehadiran ayah dalam kehidupan mereka. Dan bagi banyak anak, kehilangan itu bukan hanya karena perceraian atau kematian, tetapi karena budaya patriarkal yang menempatkan pengasuhan hanya di tangan ibu.
Dalam hal ini, sosok Bupati Jombang, H. Warsubi tampil berbeda. Ia menunjukkan bahwa menjadi ayah berarti hadir, peduli, dan membentuk karakter anak dari kedekatan dan keteladanan.
Rumah itu Bernama Papa
Di akhir paparannya, Donna menutup dengan satu kalimat yang membuat seluruh ruangan hening sejenak:
“Papa itu rumah saya. Ke mana pun saya pergi, seberapa besar pun tantangan hidup yang saya hadapi, saya selalu merasa ada tempat aman yang menunggu saya pulang,” ungkap Donna.
Sebuah kesaksian yang tidak hanya menggambarkan kasih seorang ayah, tetapi juga pentingnya peran laki-laki dalam menjaga kesehatan emosional, spiritual, dan sosial anak-anak mereka.
Dan dari Gedung PKK pagi itu, kisah Donna menjadi inspirasi bagi semua yang hadir, bahwa ayah sejati bukan hanya pemberi nafkah, tapi penjaga jiwa. (Fit)
Komentar untuk post