JOMBANG.TV – Matahari Minggu pagi itu bersinar hangat di atas Lapangan Desa Sumobito. Suasana meriah bercampur dengan aroma kuliner khas desa yang menggoda. Di kiri kanan lapangan, deretan 21 stand dari 21 desa di Kecamatan Sumobito berjajar rapi. Bukan sekadar stand, melainkan wajah semangat masyarakat yang menampilkan hasil karya dan kebanggaan desanya.
Ada keripik pisang renyah, tape singkong yang manis legit, pentol gurih, tahu bakso yang mengepul hangat, hingga minuman tradisional seperti sinom dan beras kencur yang menyejukkan tenggorokan. Tak ketinggalan kopi rempah yang harum, telur asin dengan rasa khas, serta berbagai kerajinan tangan yang penuh sentuhan lokal.
Di tengah semua itu, satu menu menjadi perhatian utama: martabak dan terang bulan khas Desa Menturo, yang seolah menjadi gong penutup dari kekayaan rasa UMKM Sumobito.
Bupati Jombang, H. Warsubi, datang bersama istrinya, Hj. Yuliati Nugrahani Warsubi, yang juga Ketua TP PKK Kabupaten Jombang.
Hadir pula Wakil Bupati Jombang, H Salmanudin Yazid beserta Ketua I TP PKK Jombang, Hj Ema Ervina yang turut serta berkeliling dari satu stand ke stand yang lain.
Begitu menginjakkan kaki di arena pameran, keduanya tidak langsung menuju panggung, melainkan berkeliling meninjau satu per satu stand. Mereka menyapa pedagang kecil, mencicipi jajanan, membeli semua produk dan bahkan mendengarkan cerita langsung dari pelaku UMKM yang penuh antusiasme.
“Luar biasa, desa-desa di Sumobito punya potensi yang hebat. Pameran seperti ini bukan sekadar ajang jualan, tapi juga ruang silaturahmi, kolaborasi, dan tempat belajar bersama. Kalau desa-desa bisa saling menguatkan, kita tidak hanya bicara ekonomi, tapi juga kemandirian dan kebanggaan bersama,” tutur Warsubi sambil tersenyum, disambut tepuk tangan warga yang memenuhi lapangan.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya pengelolaan potensi desa agar produk lokal tidak hanya berhenti di pasar tradisional, tapi juga bisa menembus pasar yang lebih luas.
“Mari terus berinovasi, tingkatkan kualitas, jaga budaya, dan perkuat gotong royong. Desa yang mandiri adalah fondasi masyarakat yang sejahtera,” ucapnya.
Suasana kian hangat ketika Yuliati Nugrahani ikut menyampaikan pandangannya. Baginya, UMKM tidak hanya bicara tentang produk dan keuntungan, tetapi juga peran keluarga dan perempuan di dalamnya.
“Saya melihat banyak ibu-ibu yang ikut menampilkan produk di sini. Itu artinya UMKM menjadi wadah pemberdayaan perempuan sekaligus menumbuhkan ekonomi keluarga. PKK siap mendampingi agar kualitas produk makin baik, kemasan lebih menarik, dan jaringan pemasaran lebih luas,” ungkapnya.
Selain stand desa, pameran ini juga dimeriahkan oleh partisipasi berbagai lembaga, seperti SMK Khoiriyah, MTsN 12 Jombang, Fatayat, Poskeswa, Puskesmas Sumobito, hingga Belva Food. Bahkan Bumdesma juga turut hadir, menandai kolaborasi lintas sektor yang semakin kokoh.
Di tengah riuh rendah pengunjung yang terus berdatangan, semangat gotong royong terasa hidup. Pameran “Getuk Emas” bukan hanya soal produk yang dijual, melainkan tentang harapan yang disulam bersama, bahwa desa-desa di Sumobito bisa menjadi pusat ekonomi kreatif yang tumbuh dari akar budaya lokal.
Momen sederhana itu menyiratkan makna lebih besar, bahwa pameran bukan hanya tentang transaksi jual beli, melainkan juga tentang kebanggaan, penghargaan, dan kesempatan bagi pelaku UMKM untuk menunjukkan bahwa karya desa mampu bersaing dan membahagiakan banyak orang.
Dari stand martabak di Desa Menturo hingga kopi rempah khas dusun terpencil, semuanya menyatu dalam semangat yang sama, yaitu semangat berdaya, berkolaborasi, dan melangkah maju bersama. (Fit)
Komentar untuk post