JOMBANG.TV – Suasana Pendopo Kabupaten Jombang pada Senin (25/8/2025) pagi itu terasa khidmat sekaligus hangat. Deretan dokumen pemberitaan lawas, foto Ringin Contong tempo dulu, foto jadul siswa SMA 2 Jombang di tahun 90-an hingga penampilan musik keroncong dari siswa SMPN 2 Jombang seakan membawa hadirin menelusuri lorong sejarah.
Bukan sekadar pameran arsip, melainkan sebuah perenungan bersama tentang identitas, memori, dan perjalanan Jombang sebagai sebuah kabupaten.
Tema yang diusung, “Tetenger Kabupaten Jombang”, terasa sangat filosofis. Tetenger berarti penanda: sebuah simbol yang mengingatkan manusia pada asal-usul, tujuan, dan arah perjalanan hidupnya.
Bagi Bupati Jombang, H. Warsubi, arsip adalah tetenger itu sendiri. Arsip bukan hanya catatan administratif, melainkan saksi bisu yang mengikat masa lalu dengan masa kini, sekaligus penerang arah pembangunan masa depan.
“Arsip bukan sekadar tumpukan kertas berdebu di gudang. Arsip adalah memori kolektif bangsa. Tanpa arsip, pemerintahan akan kehilangan ingatan, terputus dari sejarah, dan tidak mampu belajar dari pengalaman,” tegas Abah Warsubi.
Arsip dan Reformasi Birokrasi
Bupati menekankan bahwa setiap lembar arsip adalah aset strategis yang menyimpan rekam jejak kebijakan, menjadi instrumen akuntabilitas publik, sekaligus bukti hukum atas setiap langkah pemerintahan. Karena itu, arsip tidak boleh dipandang remeh.
Pemerintah Kabupaten Jombang, lanjutnya, telah menempatkan pengelolaan arsip sebagai bagian penting dari reformasi birokrasi dan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE). Digitalisasi arsip, pengawasan berkelanjutan, serta integrasi teknologi informasi menjadi pilar utama.
“Paradigma baru harus kita bangun. Arsip bukan lagi sekadar beban administrasi, tapi jantung tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, dan berorientasi pada pelayanan publik,” katanya.
Ia juga meminta Sekretaris Daerah dan Tim Anggaran untuk memperhatikan ketersediaan sarana prasarana dan SDM kearsipan. “Mari kita dukung bersama dengan sepenuh hati. Arsip adalah masa depan kita, alat bukti hukum, aset negara, dan pelindung hak-hak masyarakat,” ujarnya menegaskan.
Arsip Sebagai Identitas dan Filosofi
Filosofi tetenger memberi warna berbeda dalam acara kali ini. Di ruang pameran, dokumen-dokumen lama tersusun rapi: akta pendirian desa, catatan kependudukan era awal kemerdekaan, hingga foto-foto pembangunan infrastruktur di masa Bupati sebelumnya.
Di sinilah makna tetenger terasa nyata: arsip sebagai penanda identitas sekaligus pengingat filosofis tentang sangkan (asal-usul), paran (tujuan hidup), dan dumadi (kembali kepada Sang Pencipta).
Prestasi Membanggakan
Selain pameran, acara ini juga menjadi ajang penghargaan bagi perangkat daerah dan kecamatan terbaik dalam penyelenggaraan kearsipan. Tahun 2025 mencatat capaian membanggakan: 30 perangkat daerah meraih kategori A (Memuaskan) dan 23 perangkat daerah meraih kategori BB (Sangat Baik).
Penghargaan Top Five kategori OPD diraih oleh:
Terbaik I: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (nilai 89,65 – A)
Terbaik II: Dinas Perumahan dan Permukiman (nilai 89,63 – A)
Terbaik III: Sekretariat Daerah (nilai 88,88 – A)
Terbaik IV: RSUD Jombang (nilai 88,28 – A)
Terbaik V: Bapenda (nilai 88,20 – A)
Sementara untuk kategori kecamatan:
Terbaik I: Kecamatan Ploso (nilai 87,28 – A)
Terbaik II: Kecamatan Jombang (nilai 84,58 – A)
Terbaik III: Kecamatan Kudu (nilai 83,98 – A)
Terbaik IV: Kecamatan Ngusikan (nilai 83,84 – A)
Terbaik V: Kecamatan Mojowarno (nilai 82,47 – A)
Plt Kepala Disperpusip Jombang, Komariyah yang meraih penghargaan tertinggi, mengaku bangga sekaligus tertantang. “Penghargaan ini adalah apresiasi, tapi juga tanggung jawab. Kami ingin membuktikan bahwa kearsipan bisa modern, relevan, dan dekat dengan masyarakat,” katanya.
Bagi Bupati Warsubi, penghargaan ini hanyalah awal. Ia menekankan pentingnya konsistensi. “Dengan penghargaan ini, kita dituntut untuk lebih proaktif, disiplin, dan konsisten. Jangan pernah sepelekan arsip, karena di situlah terletak memori, identitas, dan pembelajaran kita,” ujarnya.
Penghargaan ini, menurutnya menjadi momentum pengingat sekaligus refleksi filosofis tentang pentingnya merawat memori.
Arsip, pada akhirnya, adalah tetenger Jombang: tanda yang bukan hanya menyimpan jejak sejarah, tetapi juga menuntun arah menuju masa depan yang lebih tertib, transparan, dan bermartabat. (Fit)
Komentar untuk post