JombangTv – Dunia pendidikan selalu mengalami perubahan yang pesat. Dalam kurun waktu 10 tahun lebih atau sekurangnya, metode, bahan ajar, serta kurikulum yang menjadi panduan pembelajaran di sekolah selalu berubah. Faktornya pun beragam. Bisa dari kondisi geografis, ekonomi, sosial politik, sampai perkembangan teknologi informasi di dunia global.
Meski kerap berubah-ubah, namun terdapat satu hal yang tak berubah dari nilai beserta makna dari proses pembelajaran tersebut. Nilai dan makna itu tak lain ialah, proses mendapatkan pengetahuan atau informasi.
Sehingga, hal ini turut berdampak pada pola dan metode untuk mengakses pengetahuan dan sumber informasi yang setiap waktu terus tersedia tanpa batas. Dimana kita, memang telah dihadapkan pada fenomena dunia dalam genggaman. Apa yang kita butuhkan, nyaris semuanya tersedia di gawai masing-masing.
Dahulu, pengetahuan dan informasi dalam pembelajaran secara tekstual memang masih cukup terbatas. Sebab, perangkat maupun infrastruktur yang ada juga belum memadai kala itu. Akan tetapi, seiring laju globalisasi, perangkat dan infrastruktur digitalisasi informasi telah berkembang begitu pesatnya.
Tentunya dalam menyikapi fenomena semacam ini, etika dan kemampuan berfikir kritis masih relevan. Sebab digitalisasi informasi bukan perkara kecepatan semata. Tetapi juga kecermatan sekaligus kemampuan aktualisasi diri melalui pemikiran kritis, terhadap sumber pengetahuan dan informasi yang ada.

Maka dari itulah, bersamaan dengan derasnya arus digitalisasi informasi, juga muncul istilah baru. Yakni litersi digital. Mengutip dari UNESCO Institute for Statistics (2021) UNESCO Global Education Monitoring Report (2023) literasi digital memiliki beberapa wilayah cakupan kerja Diantaranya, kemampuan berfikir kritis untuk mencari informasi serta etika komunikasi yang bijak dalam berliterasi.
Kedua inti literasi digital tersebut tentu cukup penting untuk diimplementasikan di pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD). Bagi penulis, hal ini memang cukup beralasan dan memiliki beberapa dasar pertimbangan yang matang.
Pertama, literasi digital jika dibudayakan dan diterapkan di SD, maka akan menjadi semacam persiapan jangka panjang untuk meningkatkan mutu SDM di bidang digitalisasi informasi. Kedua, merupakan langkah strategis guna menghadapi tekanan globalisasi bagi generasi mendatang. Lalu yang ketiga ialah, meningkatkan kompetensi literasi digital bagi seluruh SDM di tiap sekolah.
Ketiganya memang harus diimplementasikan secara komprehensif. Dalam arti tidak fokus pada subjek tertentu saja. Atau dalam hal ini murid. Murid sudah tentu dan secara pasti akan menjadi sasaran utama pelaksanaan literasi digital sekolah. Akan tetapi, untuk lebih menghasilkan dampak yang signifikan, literasi digital perlu diterapkan dengan upaya membentuk ekosistem SDM yang terampil dan mumpuni.
Terlebih untuk saat ini, hampir semua SDM di sekolah sudah akrab dengan gawai sebagai media mencari dan mengolah informasi atau pengetahuan. Modal semacam ini tentu bisa memudahkan untuk memulai langkah integrasi literasi digital dengan pembiasaan atau bahan pembelajaran di sekolah.
Hal ini bisa sederhana dan menantang. Keduanya tergantung pada pemaknaan dan paradigma seluruh SDM sekolah terhadap literasi digital. Jika ditempatkan sebatas alat pencari informasi dan pengetahuan maka integrasi pada media pembelajaran di sekolah bisa dilakukan. Misal pemanfaatan chromebook atau gawai untuk mencari referensi bahan pembelajaran di kelas sesuai dengan panduan yang dibuat oleh guru. Secara praktisnya ini cukup sederhana.
Namun, bilamana ditempatkan untuk sesuatu yang menghasilkan produk, semisal belajar Canva untuk menghasilkan desain dan informasi berbasis digital yang memiliki nilai ekonomi, estetik,dan melibatkan peran orantua, maka inilah tantangannya.
Mengolah Bentuk Literasi Digital
Maraknya penggunaan literasi digital memang seringkali masih ada pada permukaannya. Dalam arti, ketika seseorang atau anak mengakses konten digital dalam pembelajaran, ini sudah bentuk literasi digital. Tetapi yang penting dari ini lagi ialah bagaimana SDM di sekolah punya daya kreatif, produktif, kolaborasi, dan memiliki keterampilan dalam berkomunikasi.
Menurut penulis, semua aspek tersebut memang tidak berhenti pada saat warga sekolah termasuk murid ketika mengakses informasi dan pengetahuan di gawai saja. Namun juga bagaimana hasil atau tindak lanjut dari informasi dan pengetahuan yang didapatkan.
Hal tersebut sejalan dengan hasil riset di Journal of Social Science Research tahun 2023 Vol. 3, yang berjudul Analisis Penerapan Literasi Digital Dalam Pembelajaran Di SDN 258 Sukarela, yang diriset oleh Putri dan Nanggala. Keduanya menyimpulkan bahwasannya, penerapan literasi digital memiliki dampak baik bagi pertumbuhan cara berfikir siswa. Utamanya dalam memperoleh informasi, sekaligus mengembangkan keterampilan belajar yang cepat dan menyenangkan.
Oleh karenanya, dari hasil akses informasi yang dikembangkan dalam keterampilan belajar, siswa juga harus dibina dan didorong untuk verifikasi sumber informasi dan pengetahuan yang didapatnya guna mendukung kualitas pembelajaran mereka. Dalam sebuah riset berjudul Kemampuan Literasi Digital dalam Pembelajaran Teks Eksplanasi Siswa di SD Negeri 4 Made, yang diriset oleh Anindya dkk, dan termuat di Jurnal Riset Madrasah Ibtidaiyah (JURMIA, tahun 2024 Vol. 4, menjelaskan bahwa, implementasi literasi digital memiliki kaitan yang erat dengan proses pengembangan potensi siswa dalam mengolah (memverifikasi) pengetahuan ataupun sumber informasi yang mendukung proses pembelajaran.
Selain itu, penerapan literasi digital sebagai sebuah input maupun output pembelajaran, juga menjadi salah satu pilihan untuk menambah kemampuan tambahan bagi siswa-siswi di era digitalisasi informasi saat ini. Pada sebuah riset berjudul Pengaruh Literasi Digital Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Ngadiluwih Kecamatan Matesi Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2020/2021 yang diriset oleh Wahyuni dkk, dan termuat dalam Jurnal Pendidikan Dasar, tahun 2021 Vol. V, disebutkan bahwasannya, melalui keterampilan literasi digital, proses pembelajaran bagi siswa-siswi lebih efektif.
Di samping itu pula, selain efektif, perluasan wawasan melalui sumber informasi dan pengetahuan yang beragam di internet, dapat menumbuhkan kemandirian siswa-siswi dalam mendalami proses belajarnya. Pendalaman ini bukan berarti tanpa resiko.
Digitalisasi informasi sebagai kunci literasi digital, memang memiliki dua sisi mata pisau. Di satu sisi jika tepat penggunaan dan pengolahannya, maka hasilnya pun akan sesuai. Sebaliknya jika tidak, maka output--nya pun tidak sesuai dengan ketiga hasil di atas.
Maka, implementasi pengolahan dan penataan literasi digital juga mesti membutuhkan kompetensi guru juga maupun wali siswa siswi dalam memahami fungsi serta peran literasi digital bagi anak jenjang SD. Hal ini juga penting, mengingat digitalisasi informasi sebagaimana dua sisi mata pisau tadi, juga dibarengi dengan maraknya konten yang sangat tidak edukatif. Seperti konten bermuatan sara, kekerasan, sampai pornografi.
Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator pembelajaran juga mesti terampil dalam mengelola pembelajaran dengan media literasi digital. Melalui perkembangan digitalisasi informasi yang kini berkembangan lebih pesat daripada era sepuluh tahun ke belakang, guru memang diharuskan mampu mengelola dan mengolah suasana pembelajaran dengan media literasi digital.
Sebab, keutamaan dalam pembelajaran berbasis literasi digital ialah fleksibilitas penyampaian atau pengelolaan materi belajar terhadap siswa-siswi. Bisa ambil contoh perbandingannya seperti ini, dalam satu materi pembelajaran terus disampaikan dengan metode konvensional dan satu arah, maka mayoritas siswa-siswi akan merasa bosan.
Hal itu akan berbeda, ketika materi pembelajaran disusun, disiapkan, lalu disampaikan lewat media literasi digital yang output-nya bisa merangsang daya imajinasi dan berfikir anak-anak melalui audio-visual. Secara rinci, metode ini bisa dipraktikkan dengan mengolah materi pembelajaran melalui beberapa platform yang sudah banyak tersedia. Mulai dari Canva, Quiziz, Wordwall, Kahoot, dan sejenisnya.
Beberapa platform ini memang sudah tidak asing dan bahkan sudah banyak digunakan oleh banyak guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Ini merupakan praktik baik yang positif dalam upaya menerapkan dan memanfaatkan literasi digital yang menjadi tantangan pembelajaran abad 21 ini.
Juga, secara tidak langsung, bila literasi digital mampu dioptimalkan kedepannya sebagai persiapan mencetak generasi emas 2045, maka penerapannya juga perlu memperhatikan beberapa hal. Diantaranya, pembelajaran yang aktif dan sering dilakukan dengan diskusi kelompok, kolaboratif, serta memanfaatkan platform edukasi yang menyenangkan, dan, selalu memberi pesan sekaligus refleksi pemanfaatan gawai secara positif sebagai penunjang kegiatan belajar bagi anak.
Pemanfaatan ini, juga tak hanya pada metode. Tetapi juga meliputi bagaimana hasil pembelajaran literasi digital. Bisa berupa komik, buku cerita, atau sejenisnya yang bisa dibentuk dalam digital. Sehingga, akhirnya mengolah dan memahami literasi digital di sekolah, cakupannya memang luas.
Mulai dari pemberdayaan SDM, pemantaban materi, dan pengelolaan serta hasil konkret berupa karya dari proses pembelajaran berbasis literasi digital. Seluruhnya ini bertujuan agar pendidikan di Indonesia siap mencetak generasi emas 2045 mendatang.
Oleh : Any Trisnawati, S.Pd. (Guru Kelas V SDN Janti Mojoagung Jombang, Jawa Timur)
Referensi :
Putri, D. A., & Nanggala, A,. (2023). Analisis Penerapan Literasi Digital Dalam Pembelajaran Di SDN 258 Sukarela . Journal Of Social Science Research, Vol. 3.
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/766/606
Wahyuni, A., Sari, N. K., & Sutrisno, T,. (2021). Pengaruh Literasi Digital Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Ngadiluwih Kecamatan Matesi Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.V.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpd/article/download/14565/7371
Wahyuni, A., Sari, N. K., & Sutrisno, T,. (2024). Kemampuan Literasi Digital dalam Pembelajaran Teks Eksplanasi Siswa di SD Negeri 4 Made. Sukoharjo. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4.
https://journal.unugiri.ac.id/index.php/jurmia/article/download/2714/1359










Komentar untuk post