JOMBANG.TV- Hj. Yuliati Nugrahani tak hanya membawa senyum hangat dan sapa akrabnya sebagai istri Bupati. Kini, dengan gelar Bunda Literasi Kabupaten Jombang yang resmi disandangnya, Yuliati membawa misi yang lebih besar: menyemai budaya literasi dari akar rumput, mulai dari halaman rumah warga hingga sudut-sudut desa yang selama ini jauh dari akses bacaan yang layak.
Pengukuhan Yuliati sebagai Bunda Literasi dalam Anugerah Lomba Perpustakaan Desa dan Lomba Bertutur Tingkat SD/MI Jombang, tersimpan tanggung jawab besar yang langsung dijawabnya dengan langkah konkret: menghidupkan kembali taman baca desa, memantik semangat membaca sejak usia dini, dan mendorong warga untuk menjadikan buku sebagai sahabat hidup.
“Literasi adalah fondasi karakter. Kita tidak sedang mengajari anak-anak hanya untuk membaca dan menulis, tapi untuk berpikir, menganalisis, dan berempati,” ujar Yuliati.
Buku untuk Semua, dari Dusun hingga Digital
Melalui Pokja 2 TP PKK Kabupaten Jombang, Yuliati mendorong hadirnya taman baca di berbagai pelosok desa. Ia menyadari bahwa akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas masih menjadi tantangan, terutama di daerah yang jauh dari jangkauan perpustakaan konvensional.
Taman baca yang dicanangkan menjadi salah satu program TP PKK Kabupaten Jombang diharapkan Yuliati tak sekedar menjadi ruang sunyi dengan rak berdebu.
Justru sebaliknya, Yuliati membayangkan taman baca sebagai ruang interaksi yang hidup: ada anak-anak yang membaca sambil duduk lesehan, ada remaja yang berdiskusi soal buku fiksi dan sains, ada pula ibu-ibu yang meminjam buku keterampilan rumah tangga, bisnis dari rumah hingga parenting.
Namun literasi versi Yuliati tidak berhenti pada kata-kata tercetak. Ia juga menekankan pentingnya literasi digital di era modern ini. Dalam berbagai kesempatan, ia mendorong agar anak-anak tidak hanya bermain game di gawai, tetapi juga mengenal aplikasi edukatif, perpustakaan digital, hingga konten pengetahuan yang mudah diakses.
“Kita tidak bisa lagi membendung teknologi. Tapi kita bisa mengarahkan pemanfaatannya. Literasi harus menjangkau dunia digital, finansial, sains, bahkan budaya,” tegasnya.
Menyalakan Api dari Rumah
Ditemui usai pengukuhan sebagai Bunda Literasi, Yuliati meyakini bahwa gerakan yang lahir dari rumah akan lebih massif dilakukan. Ia mengajak orang tua untuk menjadi teladan, membacakan cerita sebelum tidur, membiasakan anak membaca buku, bahkan menghadirkan waktu khusus untuk membaca bersama keluarga.
“Jangan biarkan rumah kosong dari buku. Jadikan rak buku sebagai bagian dari ruang keluarga. Kalau tidak punya banyak, mulailah dari satu-dua buku cerita anak. Yang penting, minat itu tumbuh,” tuturnya penuh harap.
Yuliati percaya, jika rumah menjadi tempat pertama anak mengenal kata, maka sekolah dan ruang publik bisa menjadi ladang mereka bertumbuh bersama pengetahuan.
Bukan Sekadar Program, Tapi Gerakan Sosial
Yang tengah dirajut oleh Yuliati bukan sekadar program kerja tahunan. Ini adalah gerakan sosial. Sebuah langkah panjang yang butuh dukungan banyak pihak. Mulai dari perangkat desa, guru, relawan literasi, hingga anak-anak muda yang peduli.
Sebagai Bunda Literasi, Yuliati tidak hanya menjadi wajah dari sebuah kebijakan, tetapi ke depan, ia akan menjadi penggerak langsung di lapangan. Ia akan berdialog dengan pengelola taman baca, mencarikan solusi untuk ketersediaan buku, dan mendengar langsung kebutuhan warga.
Ia yakin, dari halaman rumah di pelosok desa pun, bisa lahir anak-anak Jombang yang kritis, santun, dan berdaya saing tinggi.
“Kalau buku adalah jendela dunia, maka tugas kita adalah memastikan jendelanya terbuka di setiap rumah, di setiap desa,” pungkasnya.(Fit)
Komentar untuk post