JOMBANG.TV — Rintik hujan yang turun di Jalan Gus Dur, depan Apotek K24 Jombang, Minggu (19/10/2025), tak menyurutkan semangat para peserta Jombang Culture Marching Competition 2025.
Warna-warni kostum, dentuman drum, serta lenggak-lenggok pasukan muda marching band dari berbagai daerah di Jawa Timur berpadu menciptakan harmoni antara seni, budaya, dan sportivitas.
Bupati Jombang, H. Warsubi, tampak hadir bersama sang istri, mendampingi para peserta dengan senyum penuh kebanggaan. Dengan semangat yang menular, beliau membuka acara yang menjadi bagian dari Jombang Fest 2025, dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-115 Pemerintah Kabupaten Jombang serta Hari Santri Nasional 2025.
“Marching band ini bukan sekadar hiburan. Di dalamnya ada disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan semangat pantang menyerah. Kalian semua adalah contoh nyata bahwa generasi muda Jombang dan Jawa Timur punya daya juang luar biasa,” ujar Bupati Warsubi saat membuka acara.
Parade Irama dan Cerita
Satu per satu peserta tampil memukau di tengah hujan yang mulai turun. Dari kejauhan, terlihat pasukan marching band membawa konsep kolosal Roro Jonggrang. Menggambarkan kisah legendaris pembangunan seribu candi. Dentuman bass drum berpadu dengan nada-nada terompet membangun suasana mistis, seolah candi-candi itu sedang tumbuh dari tanah.
Di sisi lain, kelompok marching band lain menampilkan kisah epik Rama dan Rahwana. Tabuhan snare drum mengiringi “pertempuran” mereka yang diperankan oleh para pelajar dengan gerak teratur dan penuh ekspresi.
Iringan melodi saksofon lembut mengalun saat sosok Shinta tampil di tengah formasi, menggambarkan sisi lembut di tengah hiruk-pikuk peperangan.
Para penonton bersorak kagum. Meski hujan turun semakin deras, tak satu pun peserta meninggalkan barisan. Mereka tetap menampilkan yang terbaik dengan senyum, dengan semangat, dengan dedikasi yang tulus.
Ketika hujan semakin deras dan separuh peserta belum sempat tampil, Bupati Warsubi dan sang istri, Hj Yuliati Nugrahani tanpa payung, tanpa jas hujan, turun dari panggung kehormatan. Keduanya berjalan ke arah barisan peserta yang masih berjuang menuntaskan penampilannya.
Basah kuyup bersama anak-anak muda itu, Abah Warsubi menyalami satu per satu peserta dengan senyum hangat. Suasana haru bercampur kagum menyelimuti lokasi acara.
“Ini luar biasa. Kalian semua hebat! Jangan takut pada hujan, karena semangat kalian lebih deras dari air yang turun. Teruslah berjuang, karena Jombang butuh generasi seperti kalian. Anak-anak tangguh, kreatif, dan pantang menyerah,” ucapnya dengan suara tegas namun penuh kasih.
Bagi para peserta, hujan sore itu bukan penghalang, melainkan bagian dari cerita. Nada-nada yang mereka mainkan berpadu dengan suara air yang menetes dari topi dan alat musik, menciptakan irama alam yang unik.
“Rasanya seperti panggung terbesar di dunia. Kami latihan berbulan-bulan, dan meskipun hujan, kami ingin menunjukkan hasil terbaik,” ujar salah satu peserta dari Kediri sambil memeluk alat musiknya yang masih basah.
Hujan reda menjelang sore, meninggalkan genangan kecil di sepanjang Jalan Gus Dur. Namun semangat para peserta dan penonton tetap membara. Mereka tahu, hari itu bukan sekadar kompetisi melainkan perayaan atas kerja keras, persahabatan, dan kebanggaan menjadi bagian dari Jombang Culture Marching Competition 2025.
Dan di tengah tepukan terakhir penonton, Abah Warsubi menatap ke arah para peserta dengan senyum bangga.
“Teruslah bermain, teruslah bermimpi. Karena dari irama dan langkah-langkah kalian hari ini, saya melihat masa depan Jombang yang penuh cahaya,” katanya pelan, sebelum menutup hari dengan berjabat tangan bersama seluruh tim panitia dan peserta yang masih tersisa. (Fit)
Komentar untuk post