Dari GPMN ke Gema Puan untuk Pilpres 2024

Oleh Ridwan
Ketua Umum Gema Puan,

Gema Puan Maharani Nusantara (GMPN) dibesut pada 15 Juni 2020. GMPN dibentuk atas kondisi bangsa yang saat ini terkoyak dan mengalami degradasi rasa nasionalisme. Imbas Pilpres 2014-2019, diakui atau tidak, sudah memunculkan perpecahan bagi rakyat Indonesia.

Sebut saja perpecahan rakyat Indonesia dengan munculnya istilah cebong dan kadrun. Dua kata itu masih menjadi populer hingga hari ini meski gelaran politik sudah usai. Tak hanya di media sosial, penyebutan istilah itu juga terus memunculkan pertikaian di akar rumput karena kerap dipakai untuk mengolok-olak orang lain yang dianggap tidak sejalan.

Tentu hal itu membuat kita lupa terhadap pondasi bangsa dan ideologi Pancasila. Nilai-nilai persatuan di tengah generasi penerus bangsa, sedikit demi sedikit akan semakin terkoyak. Jelas, petikaian dan permusuhan kemudian tinggal menunggu waktu kapan akan meledak.

GMPN memandang perlu ada tokoh yang mampu mempersatukan. Merawat idiologi Pancasila dan menjaga pemikiran Presiden pertama negeri ini. Seperti yang sudah dilakukan Presiden ke Empat Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Disusul Presiden ke Lima Republik Indonesia, Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri) yang juga mewarisi sosok sederhana dan terlihat akrab dengan rakyat.

Di era saat ini, hanya Puan Maharani, yang mempunyai kekuatan tersebut. Sebagai keturunan Presiden Soekarno, Mbak Puan berangsur-angsur membuktikan kapasitasnya di panggung politik. Berbagai kalangan menilai, dia merupakan sosok penting sehingga berhak melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa guna menjaga dan merawat pancasila.

Kendati Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati, belum menyatakan suatu keputusan siapa yang akan maju sebagai calon Presiden, namun Partai Politik (Parpol) pemenang pemilu 2019 tersebut, saat ini terkesan membiarkan GP (Inisial untuk seseorang) bermanuver guna maju sebagai calon presiden (capres 2024).

GPMN Menuju Gema Puan

Atas dasar itu, kawan-kawan yang berpandangan dan bertujuan menjaga dan merawat Pancasila sebagai simbol pemersatu bangsa, saya ajak bergabung dalam barisan ini. Dalam pemahaman dan perenungan, saya berinisiatif menggunakan nama dan gambar wajah Mba Puan. Tujuannya hanya satu, yakni, menarik dukungan guna mempersiapkan struktural di tiap daerah, dari DPD, DPC hingga PAC.

Antusias dukungan untuk Mba Puan kemudian melampaui ekspektasi. Dari Aceh sampai Papua seluruh struktur telah terbentuk. Meski, masih terbersit berbagai kepentingan dan tujuan yg berbeda di dalam kepengurusan. Sebab, kita sadar, nama besar Mba Puan sangatlah rentan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

Saya menyadari. Saya bukan siapa-siapa. Saya memang pernah menjadi pejuang 98 dan pernah terlibat 27 Juli 1996. Pada masa itu, saya berada di dalam posko mahasiswa. Tapi, sungguh pun begitu, saya ini bukanlah siapa-siapa. Untuk membentuk organisasi memerlukan anggaran yang tentu tidak sedikit.

Alhasil, yang ditakutkan itu kemudian menjadi kenyataan. Terbukti, beberapa pengurus DPP berbeda pandangan dalam menyikapi nama Mba Puan. Beberapa pengurus memanfaatkan program Pemerintahan Jokowi.

Agar organisasi ini berjalan sesuai cita-cita kebaikan bersama, maka saya dan DPP fokus dalam pembentukan struktural DPP, DPD, DPC dan PAC. Selain itu, saya pun fokus untuk menelusuri ketakutan saya dan DPP untuk melindungi Program-program tersebut sehingga berjalan baik dan benar serta tidak merugikan nama Mba Puan dimasyarakat.

Fakta di lapangan mengungkap ada beberapa pengurus yang meminta data masyarakat atas nama GPMN dan nama Mba Puan secara pribadi. Jelas, ini melanggar ketetapan yang telah disepakati bersama sehingga saya harus memecat dan membentuk kepengurusan yang baru di DPP.

Pemecatan itu kemudian menuai kontroversi. Pengurus yang merasa tidak menerima atas pemecatan itu membentuk sendiri organisasi Gema Perjuangan Maharani Nusantara (GPMN) dan memanfaatkan nama yang sudah besar.

Demi situasi dan kondisi maka saya dan kawan-kawan mengalah. Organisasi Gema Puan Maharani Nusantara yang awalnya GPMN terpaksa mesti kita ubah singkatannya, menjadi Gema Puan. Hal ini dirasa cukup untuk membedakan. Pada 10 November 2020, saya dan DPP membentuk organisasi Generasi Muda Pejuang Nusantara (Gema Puan). Tujuannya untuk mengganti nama organisasi Gema Puan Maharani Nusantara. Perubahan istilah itu tak akan mengubah semangat lembaga. Sebab, tetap niatnya untuk memperjuangkan Puan Maharani sebagai orang nomor 1 di Republik Indonesia pada 2024.

Gema Puan merupakan konsep kebangsaan kita bersikap. Gema Puan bukan bagian dari parpol atau sayap parpol tertentu meski tujuannya ialah menjadikan Mba Puan Maharani sebagai Presiden. Tak itu saja Organisasi ini juga mempunyai tujuan futuristik sangat panjang, yakni untuk membangun perekonomian rakyat yang sejahtera dan menuju Indonesia Emas.

Untuk mencapai tujuan jangka panjang Gema Puan membutuhkan kemitraan dan kerja sama di antara tokoh-tokoh politik partai, pengusaha, profesional dan ulama untuk menjadi pembina dan penasehat. Kerja kongkret Gema Puan secara konsep dasarnya ialah mempersiapkan 9 komunitas di setiap PAC (kecamatan). Tujuan pembentukan sembilan komunitas itu untuk menjadi tulang punggung perekonomian bangsa kita agar bangkit lantaran hampir setahun terpuruk akibat wabah pandemi.

Sekarang, kepengurusan DPP, DPD, DPC dan PAC GENERASI MUDA PEJUANG NUSANTARA tetap solid dan kuat. Walaupun, kita tidak menafikkan, banyak penggembosan. Ada yang keluar dan ada yang masuk.

Namun, tanpa bermaksud menggurui, begitulah dinamika berorganisasi. Saya percaya dan yakin, yang sedang kita kerjakan demi bangsa dan negara secara tulus dan ikhlas, Insyaallah tujuan Gema Puan untuk menjadikan bangsa kita menuju Indonesia Emas akan dipermudah.

Satu hal lagi yang mesti saya ungkapkan. Alhamdulilah, perubahan nama organisasi ini tidak mengurangi essensi tujuan konsep persatuan bangsa, gotong royong dan mandiri serta menjadikan Mba Puan Maharani sebagai presiden 2024.

Demikian sejarah Gema Puan Maharani Nusantara menjadi GENERASI MUDA PEJUANG NUSANTARA. Semoga kita semua dilimpahkan kesehatan, dan keyakinan sehingga mampu membawa negeri ini menjadi lebih baik lagi dari yang sudah-sudah.

Exit mobile version