JOMBANG.TV- Pagi itu, Rabu (23/7/2025), embun di Plandaan belum sepenuhnya menguap ketika suara yel-yel terdengar di halaman balai desa. Di bawah tenda sederhana, puluhan ibu berkumpul. Sebagian menenangkan balita yang rewel di pangkuan, sebagian sibuk memegangi balon sambil menyuapi anaknya.
“Gemar makan ikan: sehat! Gemar makan ikan: kuat!”
Yel-yel itu diucapkan pelan, kadang tergelak malu, namun diulang dengan irama yang membuat semangat bergetar. Di depan mereka berdiri Yuliati Nugrahani, Ketua TP PKK sekaligus Ketua Forikan Kabupaten Jombang. Senyumnya hangat, tapi kata-katanya tegas, suara seorang ibu yang bicara untuk semua anak Jombang.
“Hari ini bukan sekadar kita membagi ikan, Bu. Kita sedang menanam harapan. Harapan agar anak-anak di Plandaan bisa tumbuh lebih tinggi, lebih sehat, lebih cerdas,” ujar Yuliati.
Plandaan memang istimewa, sekaligus menantang. Dari 21 kecamatan di Jombang, Plandaan menyandang gelar yang tak diinginkan: juara satu lokus stunting. 193 anak tercatat mengalami stunting di kecamatan ini. Bagi Yuliati, angka itu bukan sekadar statistik, melainkan wajah-wajah kecil yang masih berhak bermimpi.
Daging Ikan di Kantong, Gizi di Piring
Di sela antrean, Indah, 27 tahun, merapikan kantong plastik berisi ikan filet. Matanya menatap tiga kilogram daging ikan segar. Jumlah itu cukup untuk beberapa kali makan bersama anaknya.
“Alhamdulillah banyak bantuan dari pemerintah melalui Posyandu. Rata-rata memang dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga kami sangat terbantu dengan ini,” ungkapnya
Hari itu, melalui program Gemarikan, 750 kilogram ikan filet dibagikan untuk 250 ibu di 13 desa Plandaan.
Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Jombang, Sudiro Setiono, berdiri di sisi Yuliati, menjelaskan pentingnya ikan sebagai sumber protein.
“Ikan ini tinggi protein, rendah kolesterol. Ibu-ibu nggak harus beli ikan laut yang mahal. Lele, mujair, nila, ikan air tawar murah, gizinya juga cukup untuk anak-anak,” katanya, tangannya menunjuk tumpukan plastik berisi filet segar.
Lebih dari Sekadar Bagi-Bagi Ikan
Bagi Yuliati, Gemarikan bukan sekadar berbagi ikan. Ia bicara tentang intervensi gizi, edukasi pemberian ASI, dan penguatan kader Posyandu. Ia mendekat ke barisan kader, mengingatkan agar pemenuhan tablet tambah darah untuk ibu hamil dan remaja putri tak lagi disepelekan.
“Kalau gizinya cukup sejak di perut, anak lahir sehat. Kalau lahir sehat, tinggal dijaga makanannya. Ikan ini salah satu jalannya,” katanya, disambut anggukan.
Ia juga menyinggung hal yang sering luput, sanitasi keluarga, air bersih, jamban sehat. Karena gizi tanpa kebersihan hanya akan jadi angka yang sia-sia.
Gotong Royong, Bukan Sekadar Harapan
Di akhir acara, saat ikan-ikan itu berpindah tangan, Yuliati berdiri di tengah para ibu dan anak-anak yang merengek kepanasan. Di matanya, Plandaan bukan sekadar angka di laporan. Plandaan adalah anak-anak yang layak menjejak masa depan.
“Kita tidak bisa kerja sendiri-sendiri. Kita butuh Posyandu yang aktif, ibu-ibu yang peduli, desa yang mendukung. Gotong royong itu kunci,” ucap Yuliati.
Di bawah tenda biru yang mulai dibongkar, Plandaan pagi itu tidak hanya pulang membawa ikan. Mereka pulang dengan pengetahuan baru. Bahwa, mencegah stunting bukan sekadar program pemerintah, tetapi ikhtiar bersama.
Ikan segar di kantong adalah awal. Piring yang penuh gizi adalah bukti cinta. Cinta pada anak-anak Jombang agar tumbuh sehat, kuat, dan berdaya saing.
Dan di antara piring-piring sederhana itu, suara yel-yel pelan masih terngiang:
“Gemar makan ikan: sehat.
Gemar makan ikan: kuat.” (fit)
Komentar untuk post