JOMBANG.TV – Konser musik bertajuk Dialog Cinta Festival Vol 3, yang akan digelar di Stadion Merdeka Kabupaten Jombang selama dua hari menyisakan kisah pilu para pedagang.
Pasalnya, para pedagang sekitaran Stadion khususnya pedagang kaki lima yang biasanya mengais rezeki di area tersebut dilarang berjualan selama konser berlangsung yakni 19-20 Juli 2025.
Pelarangan berjualan lantaran kebijakan sterilisasi area oleh pihak penyelenggara bersama petugas keamanan demi kelancaran acara yang menghadirkan musisi papan atas seperti Dewa 19, NDX AKA, Nidji, Vierratale, Dere, hingga Hadad Alwi.
Namun, pelarangan berjualan tersebut tak di imbangi dengan adanya kompensasi atau ganti rugi terhadap para pedagang.
Seperti yang dirasakan Neneng (62), penjual cilok yang telah berjualan di sekitar stadion selama 11 tahun, mengaku kecewa atas larangan tersebut.
“Tiap ada acara di stadion, mesti nggak boleh jualan di sini. Sedangkan semua pedagang kaki lima di sini itu harus makan, Mas,” ujarnya ke sejumlah wartawan, Jum’at (18/07/25) sore.
“Setidaknya kalau ada ruang buat jualan. Ini kan jarang-jarang ada konser, kesempatan buat kami cari nafkah. Tapi malah disuruh libur dua hari, tanpa kompensasi,” tambahnya.
Diungkapkan, pedagang diperbolehkan jualan tetapi pindah ke area seberang lampu merah, namun menurutnya lokasi itu tidak strategis.
“Di lampu merah percuma, kan sama aja. Sehari-hari saya di sini. Kalau suruh libur saya mungkin menurut saja, tapi setidaknya lah memikirkan masyarakat kecil,” ungkapnya.
“Namanya juga masyarakat kecil. Mudah-mudahan ada toleransinya. Kalau sekarang ya saya tetap nurut, meski ya agak jengkel juga,” lanjut Neneng dengan nada pasrah.
Senada yang disampaikan Agung (25), penjual tahu solet yang juga sehari-hari berjualan di sekitar stadion. Ia menyebutkan bahwa larangan tersebut mengakibatkan kerugian cukup besar bagi dirinya.
“Kalau saya pribadi, dua hari tutup bisa rugi sampai satu setengah juta rupiah. Soalnya hari Sabtu dan Minggu itu rame-ramenya pas jualan,” tuturnya.
“Itu lah yang saya tidak senangi. Setiap ada acara di stadion, mesti harus steril, tidak boleh jualan. Padahal itu bisa menguntungkan kami sebagai penjual,” lanjutnya.
Di sekitar Stadion, terdapat sedikitnya 50 pedagang kaki lima. Mereka pun merasakan dampak yang sama dari pelarangan jualan selama konser berlangsung.
“Kalau toko-toko sebelah barat itu masih boleh jualan, karena milik pribadi dan kebanyakan jadi satu dengan rumah. Tapi PKL seperti kami yang di trotoar dan samping jalan dilarang total. Tidak ada solusi, tidak ada kompensasi,” pungkas Agung.
Para pedagang kaki lima berharap, mereka mendapatkan perhatian dari pihak penyelenggara konser. Bukan hanya mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan para PKL.
Dari informasi yang dihimpun, pedagang yang memiliki kios resmi di area taman stadion disebut menerima kompensasi dari penyelenggara sebesar Rp250 ribu selama dua hari larangan berdagang.
Namun para PKL yang berdagang di trotoar dan area luar stadion tidak mendapatkan kompensasi serupa.
Pantauan di lapangan sejak Jumat pagi menunjukkan sebagian kios taman stadion telah ditutupi pagar pembatas, sehingga tidak terlihat dari luar. Sementara itu, toko-toko pribadi di sisi barat stadion tetap beroperasi seperti biasa.(tam)
Komentar untuk post