JOMBANG.TV – Pagi cerah di penghujung Oktober berubah menjadi lautan warna-warni semangat ketika ratusan kader posyandu dari seluruh penjuru Jombang berkumpul. Seragam mereka mungkin sederhana, tetapi dedikasi yang mereka bawa tak pernah sederhana.

Sebanyak 102 kader posyandu, anggota Pokja IV PKK, serta 34 koordinator promosi kesehatan dari seluruh puskesmas hadir dalam Jambore Kader Posyandu Bidang Kesehatan 2025. Sebuah helatan yang menjadi ruang belajar, ajang berbagi pengalaman, sekaligus panggung apresiasi untuk para penjaga kesehatan masyarakat tingkat desa.
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Itu Bernama Kader Posyandu
Acara dibuka oleh Yuliati Nugrahani Warsubi, Ketua Tim Pembina Posyandu Kabupaten Jombang, didampingi Wahyu Sri Harini dari Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan. Dengan suara yang tenang namun penuh penghargaan, Yuliati mengajak semua pihak memberi dukungan nyata kepada kader yang selama ini menjadi garda terdepan.
“Ibu kader adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka menjaga kesehatan dari bayi lahir hingga lansia menua. Kita wajib memberi ruang, pembinaan, dan dukungan anggaran bagi mereka.”
Peserta kemudian mendapatkan materi mendalam bersama Heri, fasilitator Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, yang mengajak para kader memahami peran penting mereka dalam transformasi layanan primer.
25 Keterampilan Dasar: Bekal Agar Kader Tetap Menjadi Cahaya di Desa
Heri juga melakukan pemaparan tentang 25 keterampilan dasar kader posyandu. Ia tak sekadar menjelaskan, melainkan menghidupkan kembali alasan mengapa kader begitu penting.
Dalam penjelasannya, Heri menekankan bahwa 25 keterampilan ini bukan sekadar daftar teknis, melainkan bekal pelayanan penuh kasih yang bisa menyelamatkan nyawa warga desa.
“Keterampilan ini adalah pegangan kader untuk melayani dengan lebih profesional. Namun lebih dari itu, ini adalah alat untuk memastikan tak ada bayi yang luput dari pantauan, tak ada ibu hamil yang berjalan sendirian, dan tak ada lansia yang dibiarkan berjuang sendiri,” ujarnya dengan nada hangat.
Heri kemudian mengurai keterampilan tersebut dengan pendekatan yang menggambarkan perjalanan pelayanan kader sehari-hari.
Dari Janin Hingga Lansia: Perjalanan Pelayanan Kader
Ia menjelaskan bagaimana keterampilan pertama dimulai dari kemampuan menyampaikan paket layanan posyandu untuk seluruh siklus hidup: ibu hamil, bayi, balita, remaja, hingga lansia.
Kader harus mampu menjelaskan hak layanan, melakukan pencatatan yang rapi, hingga menyampaikan informasi kesehatan dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.
Pria yang juga merupakan Pokja IV TP PKK Trenggalek ini menegaskan, banyak warga desa yang akhirnya memahami kondisinya setelah mendapat penjelasan dari kader.
“Kader posyandu tak hanya menimbang atau mencatat. Mereka menjadi jembatan pengetahuan yang menghindarkan banyak keluarga dari risiko kesehatan. Itu penting untuk dipahami oleh para Kader. Berikan pertanyaan sederhana agar mereka dapat menyampaikan kondisi dengan jujur,” jelasnya.
Menguatkan Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Penjelasan berlanjut pada keterampilan pemantauan bayi dan balita dengan menggunakan Buku KIA, edukasi ASI dan MP-ASI, pengukuran tumbuh kembang, deteksi dini tanda bahaya, imunisasi, vitamin A, dan obat cacing.
Semua itu digambarkan Heri sebagai “tanda kasih yang diwujudkan dalam angka dan grafik tumbuh kembang balita.”
Sementara pada kelompok ibu hamil, ia menekankan betapa kader memiliki peran besar mencegah anemia, memantau risiko kehamilan, hingga memberikan edukasi gizi yang benar.
“Setiap ibu hamil berhak ditemani. Kader memastikan hal itu terjadi,” katanya.

Ia juga menyoroti peran kader dalam edukasi remaja mengenai gizi, anemia, bahaya rokok dan NAPZA, serta pencegahan kehamilan remaja.
Sementara pada lansia, kader harus mampu memberikan penyuluhan Germas, memahami penyakit tidak menular yang umum terjadi, serta melakukan berbagai skrining kesehatan seperti tekanan darah, lingkar perut, PPOK, TBC, diabetes, dan kesehatan jiwa.
“Setiap keterampilan ini adalah cara kecil untuk mengatakan: Kami ada untuk Anda. Di desa-desa, di rumah-rumah kecil itu, kader posyandu adalah harapan pertama yang datang, dan harapan terakhir yang pergi.”
Wajah-wajah para kader tampak lelah, tetapi mata mereka menyimpan sesuatu, keyakinan bahwa pengabdian mereka berarti.
Dan dari Jambore 2025 ini, mereka akan pulang dengan satu tekad yaitu, menjadi lebih terampil, lebih peduli, dan lebih siap menjaga kesehatan masyarakat Jombang, setulus tenaga dan hati yang mereka punya. (Fit)
 
	    	 
		    







 
							
Komentar untuk post