Jombang Resmi Punya Busana Khas Bernama Jombang Deles

JOMBANG.TV – Busana khas Jombang yang dinamai Jombang Deles, akhirnya resmi diperkenalkan.

Bertepatan dengan upacara peringatan Hari Jadi ke-112 Pemkab Jombang, Hari Jadi ke-77 Pemprov Jatim, serta Hari Santri Nasional 2022, Bupati Mundjidah Wahab, melaunching busana khas tersebut.

 

“Bersamaan dengan peringatan Hari Jadi ke-112 Pemkab Jombang, Hari Jadi ke-77 Pemprov Jatim, serta Hari Santri Nasional 2022, kami melaunching busana khas Jombang. Namanya Jombang Deles. Busana ini sarat nilai sejarah,” kata Bupati Jombang Mundjidah Wahab, saat menjadi inspektur upacara di alun-alun.

 

Saat melauncing, Bupati Mundjidah dan Wabup Sumrambah nampak mengenakan busana khas jombang itu dengan dipadu baju warna putih, hijau, merah atau bahasa jawa abang. Disamping, ada batik yang menghiasi. Sementara busana pria menggunakan blangkon.

 

Busana yang dikenakan Bupati, diberi nama Kemodiningrat dengan tapih Kudawaningpati. Motif utamanya yakni, relief Candi Arimbi serta kubah Masjid Jami’. Dengan balutan baju putih, busana tersebut nampak anggun saat dikenakan.

 

Sementara yang dipakai Wabup Sumrambah, diberi nama Jas Gulon Dwi Gatra, berpadu dengan bebet Kudawaningpati. Dibagian kepala, orang nomor dua di Jombang itu memakai penutup kepala yang diberi nama Udheng Blangkon Sundul mego.

 

“Ke depan, baju khas ini akan dipakai setiap Kamis oleh ASN (Aparatur Sipil Negara). Kita buatkan regulasi melalui Perbup (Peraturan Bupati),” kata Bupati Mundjidah.

 

Diektahui, busana khas Jombang ini memiliki sejarah cukup unik. Nama Udheng Blangkon Sundul Mego, diartikan dari perpaduan antara udheng ludruk dan blangkon cekdongan. Makna filosafi dari nama itu berarti insan Jombang sangat egaliter, sangat menghormati perbedaan, sangat toleran. Sedangkan Sundhul Mego, diambil dari nama Patih dalam Cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco.

 

Kemudian baju model ‘Jas Gulon Dwigatra’. Jas ini merupakan busana atasan pria. Dipilih desain jas karena mengikuti pola busana adat Jawa yang cenderung menggunakan jas untuk busana atasannya. Bagian Jas Gulon Dwigatra ini menjadi titik pembeda dengan busana adat dengan daerah lain di Jawa Timur. Jas gulon bermakna memakai kerah tegak, untuk membedakan dengan model potong gulon atau pun desain teluk belanga.

 

Jas gulon ini juga dipakai oleh Bupati Jombang pertama RAA Soeroadoningrat. Jas Gulon Dwigatra sebagai pembeda dengan bentuk Jas Mataraman dan Jas Jawa Timuran atau sering disebut jas Basofi. Sedangkan dwigatra adalah bertemunya dua gatra budaya menurut pemetaan sejarawan dan budayawan almarhum Prof. Ayu Sutarto, yaitu gatra budaya Mataraman (Pracima) dan gatra budaya Arek (purwa).

 

Sedangkan busana wanita dalam pakaian adat Jombang Deles dinamai dengan Kemodoningrat. Nama Dewi Kemodoningrat adalah nama lain Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, istri Panji Asmarabangun. Dewi Kemodoningrat juga dipercaya sebagai pembabat Dusun Kemodo, desa Dukuhmojo, Mojoagung.

 

Sementara bagian bawah busana wanita Jombang Deles ini dari kain jarik yang memiliki sampiran kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya. Bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putra yang menghadap sebaliknya atau mengarah ke kanan.

 

Selesai di launching,  Guk dan Yuk Jombang kemudian memperagakan busana itu di depan Bupati dan Wakil Bupati serta para pimpinan daerah. Kedua orang itu melenggang ke depan panggung. Berlenggak-lenggok dengan busana Jombang Deles.  (jb2/adm)

Exit mobile version