JOMBANG.TV- Pagi di Dusun Juwet, Desa Kedunglosari, Tembelang, itu terasa lebih semarak dari biasanya. Ribuan jamaah mengalir memenuhi halaman acara Tabligh Akbar Milad ke-113 Muhammadiyah. Bendera-bendera Muhammadiyah berkibar, lantunan sholawat mengalun, dan deretan tokoh hadir dengan khidmat.
Namun ada satu pemandangan yang mencuri perhatian di antara lautan jamaah, sekelompok siswa SD Muhammadiyah berseragam batik merah rapi, lengkap dengan buku catatan kecil, pulpen warna-warni, dan ekspresi penuh rasa ingin tahu.

Mereka bukan hadir untuk menampilkan tari, menyanyi, maupun memberikan sambutan seperti acara biasanya. Hari itu, mereka datang sebagai jurnalis cilik.
Dipandu pembina ekskul jurnalistik sekolahnya, anak-anak itu tampak melakukan observasi, mencatat hal-hal kecil, hingga mencoba mewawancarai beberapa tokoh. Sesekali mereka saling berbisik, menyiapkan pertanyaan seperti seorang wartawan sungguhan.
Dan momen yang membuat mereka berdebar adalah ketika mereka berkesempatan mewawancarai orang nomor satu di Kabupaten Jombang, Bupati H. Warsubi. Meski tangan kecil mereka sempat gemetar ketika membuka buku catatan pertanyaan, wajah-wajah itu tetap berusaha tampil percaya diri.
“Berani, Nak. Tidak apa-apa,” ujar Bupati Warsubi sambil tersenyum, menunduk sejajar dengan tinggi badan para jurnalis cilik tersebut.
Dalam sesi wawancara singkat itu, Warsubi justru terlihat sangat menikmati interaksi dengan jurnalis kecil tersebut.
“Anak-anak ini luar biasa. Saya bangga dengan keberanian mereka. Kegiatan seperti ini bisa menanamkan karakter, komunikasi, keberanian, dan rasa ingin tahu. Saya berharap generasi Muhammadiyah terus tumbuh menjadi generasi yang kritis dan berakhlak,” ungkapnya.
Wawancara singkat itu berakhir dengan senyum lega dari para siswa. Mereka saling bertukar pandang seolah tak percaya bahwa mereka baru saja mewawancarai Bupati yang biasanya hanya mereka lihat di baliho atau berita di social media.
Di sisi lain, Ketua TP PKK Kabupaten Jombang, Hj. Yuliati Nugrahani Warsubi, yang menyaksikan langsung momen itu, tak kalah bangga.
Melihat anak-anak berani bertanya dan menulis adalah kebahagiaan tersendiri. “Inilah inti literasi, yaitu keberanian untuk memahami, mengolah, dan membagikan informasi,” ujar Yuliati Nugrahani yang juga merupakan Bunda Literasi.
“Kegiatan seperti ini menumbuhkan generasi yang peka, kritis, dan berakhlak. Saya sangat mengapresiasi Muhammadiyah yang memberi ruang bagi tumbuhnya budaya literasi sejak dini,” tambahnya.
Bagi anak-anak itu, hari ini bukan sekadar menghadiri Milad. Bukan pula sekadar liputan sekolah. Tetapi pengalaman pertama yang mungkin mereka simpan seumur hidup: pengalaman menjadi saksi sejarah sekaligus berlatih jurnalisme di tengah euforia Milad Muhammadiyah ke-113.
Apalagi, mereka juga mendapatkan catatan khusus yang ditulis langsung oleh Ibunya Wong Jombang, Yuliati Nugrahani serta ditandatangani oleh Bupati Jombang, H Warsubi. Sebuah pesan tentang memelihara semangat untuk menuntut ilmu setinggi mungkin.

Di antara keramaian acara, kisah kecil mereka menjadi warna baru yang menyegarkan, bahwa dakwah pencerahan tidak hanya hadir melalui ceramah dan panggung besar, tetapi juga lewat tangan-tangan kecil yang belajar memotret realitas dengan keberanian dan penasaran yang tulus.
Sebuah catatan kecil dari Milad ke-113, yang membuat semua orang tersenyum dan memahami bahwa masa depan sedang tumbuh pelan-pelan, di antara kerumunan hari itu. (Fit)









Komentar untuk post