JOMBANG.TV— Malam itu, Minggu (19/10/2025), Jalan Ringin Contong bersinar. Lampu-lampu kota menari di antara pepohonan, menyorot barisan peserta karnaval yang bergerak gemulai dengan kostum beraneka warna.
Angin membawa aroma tanah basah usai terguyur hujan sore dan suara musik yang bergaung, menciptakan suasana meriah penuh warna.
Ringin Contong Carnival 2025, adalah konsep parade budaya yang baru pertama kali digelar di Jombang. Icon Kabupaten Jombang tersebut tadi malam diubah menjadi panggung di mana sejarah, budaya, dan kreativitas bersatu.
Di tengah gemuruh tepuk tangan, Bupati H. Warsubi melangkah dengan gagah, mengenakan batik yang rapi dan penuh wibawa, diiringi senyum hangat Ketua TP PKK Jombang, Yuliati Nugrahani Warsubi, yang malam itu mempesona dengan batik sogan cantik dan elegan. Mereka menjadi simbol bahwa batik Jombangan tidak sekadar wastra tetapi merupakan cerita, identitas, dan estetika yang hidup.
Parade malam itu memanjakan setiap mata. Kostum-kostum memukau, dari motif Nusantara klasik hingga interpretasi modern, bergerak seirama dengan musik tradisional dan kontemporer.
Lalu dilanjutkan dengan pawai budaya yang menggambarkan Pertempuran Tambakberas mencuri perhatian. Anak-anak muda dan seniman lokal menapak kaki di jalan Ringin Contong, mengenakan kostum prajurit Ranggalawe dan Majapahit. Mereka memeragakan strategi dan keberanian para pejuang, membuat penonton serasa menapak di medan sejarah.
Sorak penonton, dentuman drum, dan kilatan pedang replika seakan menghidupkan kembali pemberontakan Ranggalawe yang heroik.
Tak hanya pertunjukan sejarah, OPD Kabupaten Jombang pun menampilkan pesona batik Jombangan dengan kreativitas yang memukau.
Kepala perangkat daerah mengenakan batik dalam berbagai gaya. Dari formal hingga modern menjadi bagian dari parade yang memadukan seni dan identitas lokal. Setiap sapuan kain, setiap gerakan tubuh, seakan menceritakan kisah batik Jombangan yang kaya motif dan filosofi.
Ringin Contong Carnival malam itu menjadi ruang di mana masyarakat Jombang merayakan akar budaya, kreativitas, dan sejarah mereka.
Dari sorak anak-anak hingga senyum warga, energi positif memenuhi udara malam. Ia adalah pengingat bahwa budaya bukan hanya warisan, tapi hidup, bergerak, dan terus berkembang.
Di akhir parade, Bupati Warsubi menyampaikan harapan, semoga semangat kebersamaan dan apresiasi budaya ini menjadi energi positif bagi seluruh masyarakat.
“Semoga perayaan ini bisa menumbuhkan kecintaan pada tanah kelahiran, dan menguatkan langkah Jombang menuju masa depan yang maju dan sejahtera untuk semua,” ungkapnya.
Malam itu, Ringin Contong menjadi panggung hidup, di mana sejarah bertemu kreativitas, batik menari, dan Nusantara bersinar dalam satu harmoni warna dan cerita. (Fit)
Komentar untuk post