JOMBANG.TV – Sejumlah siswa SMPN 2 Jombang, mengeluhkan kualitas dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Mulai dari adanya temuan susu kadaluwarsa dan buah jeruk dalam kondisi membusuk hingga mengeluarkan belatung.
Temuan itu diungkapkan salah satu siswa inisial A. Bahwa pada Rabu (3/9/2025), ia mendapati susu yang dibagikan dalam paket MBG memiliki tanggal kedaluwarsa Mei 2025, atau empat bulan sebelum tanggal pembagian.
“Rasanya kayak air putih, gak kayak susu biasanya. Hambar,” ujarnya saat ditemui di lingkungan sekolah.
Meski usai meminum susu tersebut, siswa itu mengatakan belum merasakan dampak apa pun.
Tak hanya susu, pada hari sebelumnya, Selasa (02/09/25), ia juga menemukan jeruk dalam kondisi busuk dan mengandung belatung. Jeruk tersebut langsung dibuang dan bahkan sempat diperlihatkan kembali dalam kondisi membusuk di tempat sampah.
Senada dengan siswa lainnya, berinisial B, ia menyampaikan kekecewaan atas keterlambatan pengiriman makanan di hari pertama dan kedua pelaksanaan MBG.
Menurutnya, makanan yang seharusnya datang pukul 12:00 WIB, justru baru diterima sekitar pukul 15:40 WIB, atau saat siswa hendak pulang sekolah.
“Telat datangnya, jadi banyak siswa yang tidak kebagian. Ayamnya juga ada yang keras, kurang matang, bahkan masih ada darah-darahnya,” ungkapnya.
Kepala SMPN 2 Jombang, Etik Nuroidah, mengonfirmasi adanya keluhan tersebut. Ia menegaskan bahwa pihak sekolah hanya sebagai penerima manfaat dari program MBG dan tidak terlibat langsung dalam proses pengolahan maupun pengiriman makanan.
“Kami sudah survei dapur penyedia makanan sebelum program berjalan. Kami hanya penerima manfaat. Tapi ketika ada kendala, tetap kami komunikasikan dengan pihak SPPG agar ada solusi,” ujarnya.
Dijelaskan Etik, bahwa keterlambatan pengiriman hari pertama disebabkan oleh kepanikan terkait potensi aksi demo yang menyebabkan distribusi terganggu. Sedangkan untuk hari kedua, makanan sempat tidak dibagikan seluruhnya karena ada bagian yang dianggap sudah basi.
“Kami cek langsung ke sana, sisa makanan dikembalikan karena ahli gizi menyatakan nasinya sudah basi. Kami pun tidak tega membagikan sisa makanan meskipun katanya tidak basi,” tambahnya.
Etik juga menanggapi isu larangan siswa untuk memotret makanan MBG, yang sempat disalahartikan oleh siswa.
“Kami hanya menanamkan pendidikan karakter. Kalau ada yang tidak layak, sampaikan ke guru. Jangan langsung disebar karena bisa jadi fitnah. Bukan melarang dokumentasi,” jelasnya.
Sementara, program MBG ini disalurkan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kepatihan, di bawah naungan Yayasan Puspa Wijaya Abadi yang berlokasi di Desa Kepatihan, Kecamatan Jombang. Lilis Wijayati, selaku vendor mengaku prihatin dan meminta maaf atas sejumlah kendala yang terjadi.
“Insyaallah kalau ada kekurangan sedikit akan menjadi pembelajaran buat kami. Ini baru awal, jadi kami akan perbaiki terutama soal ketepatan waktu,” ujarnya.
Ia juga membantah soal adanya susu kadaluwarsa, dan mempersilakan pihak media maupun sekolah untuk melakukan sidak langsung ke lokasi dapur dan gudang mereka.
Terkait temuan ayam yang kurang matang, Lilis menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan sistem tiga tahap dalam memasak, pencucian pukul 18:00, perebusan pukul 21:00, dan penggorengan pada pukul 03:00 WIB dini hari sebelum pengemasan.
Saat ini, SPPG Kepatihan melayani 4 lembaga pendidikan dengan total kuota 2.200 porsi makanan per hari, yang terdiri dari komponen wajib seperti protein hewani, nabati, sayur, buah, dan susu (seminggu sekali).(tam)
Komentar untuk post