Jombang,TV; Pandemi COVID-19, membuat semua sektor terganggu, baik sosial, pendidikan, pemerintahan, hingga sektor ekonomi. Seluruh sektor itu, terpaksa harus menyesuaikan diri ditengah kebijakan pembatasan sosial untuk mengurangi paparan penyebaran virus corono yang kian merebak.
Pada situasi itu pula, geliat usaha kecil menengah dibuat kelimpungan hingga ada yang mati suri. Adapun yang bertahan, mereka harus putar otak dengan tujuan hanya untuk menjaga roda bisnis tidak macet.
Seperti yang dilakukan Sugiharto (45), pengusaha konveksi rumahan yang tinggal di Kelurahan Jombatan, Kecamatan Jombang Kota. Di tengah keterpurukan ekonomi akibat hasil produksinya tak laku disejumlah toko hingga pasar, ia kini terpaksa merubah pola berjualannya dengan jualan secara online.
Tak ayal, saban hari, rumah produksinya kini tak pernah sepi dari kegiatan mengemas, menata barang, mencari alamat untuk bisa dikirim pada para konsumen. Para karyawan yang dipekerjakan sebanyak 30-an orang lebih itu, kini terus sibuk mengejar target produksi sesuai permintaan.
“Alhamdulillah. Saat ini permintaan meningkat hingga 200 persen dari sebelumnya. Kalau awal-awal pandemi kemarin seluruh barang tidak bisa saya jual karena pembelinya tidak ada,” ujar Sugiharto, saat ditemui di kediamannya, Kamis, 30 September 2021.
Sugiharto bercerita, usahanya bisa tumbuh dan mampu bangkit terhitung sejak 7 bulan terakhir. Bangkitnya usaha yang ia rintis sejak 11 tahun lalu itu, pasca ia memilih memproduksi sejadah karakter khusus anak-anak.
Jika dulu ia memproduksi kebutuhan anak sekolah, seperti kaos kaki, seragam, dan kebutuhan lainnya. Produksi Sugiharto, kini fokus pada barang yang dibutuhkan banyak orang.
“Dulu saya produksi kaos kaki. Dua tahun tidak ada yang beli setelah sekolah diliburkan. Stok sampai numpuk g ada yang bisa saya jual,” ungkapnya.
Ancaman kebangkrutan, sempat menghantui pria berkulit sawo matang ini pada awal situasi pandemi. Sebagai pengusaha konveksi, ia sempat mencoba merintis usaha masker kain mengikuti kebutuhan orang secara umum.
Bahkan, karena nekad, ia kemudian mememilih membuat masker kain hingga masker scuba. Produksi baru itu, kemudian laku keras dipasar dan mampu menembus pasar di kawasan Jawa Tengah.
“Alhamdulillah itu hikmah dari rasa frustasi saya. Modal habis, tabungan hanya sisa sedikit. Karyawan saya kan banyak, saya tak mungkin merumahkan mereka karena mereka butuh kerja untuk makan. Jadi saya berspekulasi saja membuat masker itu,” kata Sugiharto, dengan wajah sedih.
Bagi Sugiharto, membuat usahanya terus beroperasi adalah tantangan tersendiri di tengah situasi pandemi. Ia harus memutar otak, mencari solusi agar usahanya tetap jalan.
Sejadah karakter anak hasil buatan para pekerjanya kini mampu membuatnya bangkit dari keterpurukan. Bahkan, omzet penjualan sejadah anak melalui online yang ia bikin saat ini, bisa meningkat tajam hingga perbulan bisa memberikannya pundi pundi rupiah.
“Karena kondisi sekarang sejak ada pandemi pasar offline itu mengalami penurunan yang sangat drastis. Para pedagang juga sudah merasakan itu. Saya pun mau tidak mau harus menciptakan beberapa produk yang bisa diterima di pasar online. Alhamdulillah, kalau saya rasakan perkiraan bisa mencapai 60-70 persen dari offline. Jadi sebagai produsen, pasar apapun harus dicoba jangan takut,” pungkas Sugiharto.
Komentar untuk post