JOMBANG.TV- Hujan rintik sore itu tak sanggup memadamkan semangat warga Dusun Gondang, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam.
Gerimis justru menambah syahdu suasana ketika karnaval Grebek Suro dan Sedekah Dusun dimulai, Sabtu (5/7/2025).
Jalan kampung yang basah berubah menjadi panggung kebanggaan. Anak-anak drumband berbaris rapi, para orang tua berpayung di pinggir jalan, sementara senyum-senyum hangat mengiringi setiap langkah iringan karnaval.
Di barisan terdepan, pasukan kecil Laskar Pelangi dari MI Babul Huda tampil percaya diri. Suara drum dan tiupan terompet bersahut-sahutan, memecah sunyi, membangkitkan semangat siapa pun yang menonton.
Mayoret cilik berkerudung emas melangkah lincah di jalanan basah, senyumnya mengembang, seolah ingin berkata: anak desa juga bisa tampil membanggakan.
Di sisi lapangan, kursi panjang terisi para tamu kehormatan. H Warsubi, Bupati Jombang, hadir bersama Yuliati Nugrahani, sang istri yang juga Ketua TP PKK Kabupaten Jombang.
Terlihat juga Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jombang (DPMD), Sholahudin turut mendampingi.
Kehadiran mereka membuat suasana kian hangat.
Bagi warga Gondang, Warsubi bukan hanya pemimpin, tetapi keluarga. Datang bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk kedekatan yang tulus.
“Deg-degan rasanya,” ucap Ma’arif, Kepala Desa Carangwulung sambil tertawa kecil.
“Abah Warsubi sekarang Bupati, tapi tetap mau hadir di dusun kecil kami. Luar biasa merakyatnya,” katanya.
Ucapan itu diamini warga yang berkerumun. Tak sedikit orang tua menggandeng anak-anak mereka maju, sekadar menyalami Warsubi dan sang istri, Yuliati Nugrahani.
Sebuah kebanggaan melihat pemimpinnya mau duduk di kursi sederhana, bahkan tak mau ajudan yang tergopoh memayungi meski gerimis kian deras. Ia melebur dengan masyarakat, menepuk bahu anak-anak, bahkan berfoto tanpa sungkan.
Karnaval ini juga merupakan gabungan grebek suro dan sedekah Dusun. Tumpeng, hasil bumi diarak keliling kampung. Bagi warga Gondang, grebek suro dan sedekah dusun ini bukan hanya tradisi, tetapi pengingat agar akar budaya tetap kuat di tengah perubahan zaman.
Sementara itu, di Desa Ngampungan, Kecamatan Bareng, gema budaya juga menggema. Warga menggelar Bersih Desa dengan pawai budaya yang meriah.
Arak-arakan menyusuri jalan desa membawa harapan dan doa: panen melimpah, warga sehat, desa aman dan sejahtera. Tahun ini, Ngampungan punya kebanggaan baru. Desa ini ditetapkan sebagai Desa Tematik 2025, salah satu destinasi wisata andalan Jombang.
Di jantung Ngampungan, berdiri Wisata Pandansili, pemandian alami dengan air jernih yang tak pernah kering. Kolamnya unik, tanpa kaporit, airnya langsung dari mata air pegunungan.
Dari sinilah potensi pariwisata desa tumbuh: alam yang lestari, budaya yang hidup, dan gotong royong warga yang terus terjaga.
Yang membuat warga tak menyangka, Warsubi beserta Yuliati bergeser ke desa Ngampungan. Padahal, tak ada jadwal resmi.
Dalam perjalanan pulang dari Wonosalam, rombongan orang nomor satu di Jombang ini melewati desa Ngampungan. Melihat warga ramai di jalan, ia tak meminta patwal untuk membelah jalan. Warsubi justru meminta sopir menepi.
Tanpa protokol berlebihan, Abah turun, disusul sang Istri. Keduanya menyapa warga satu per satu, menyalami anak-anak muda, berbincang ringan, lalu diminta naik ke panggung sederhana yang digelar di pinggir jalan untuk menyampaikan pesan singkat.
“Anak-anak muda, jangan pernah malu jadi orang desa,” ujar Warsubi, disambut tepuk tangan warga. “Dari desa kita menanam mimpi, membangun masa depan. Jaga budaya kita, jaga alam kita, dan jangan lupa saling merangkul.”
Bagi warga Ngampungan, momen itu membekas. Pemimpin yang rela berhenti di luar jadwal, bahkan menyalami satu per satu warga dan lebih memilih singgah ketimbang sekadar lewat adalah sesuatu yang langka.
“Saya tidak sengaja lewat usai dari agenda di Wonosalam. Tapi Alhamdulillah saya bisa menyapa panjenengan semua warga desa Ngampungan meski hanya sebentar,” katanya disambut tepuk tangan warga yang masih tak menyangka orang nomor satu di Jombang itu hadir menyapa.
Dari Gondang yang syahdu di bawah gerimis, hingga Ngampungan yang riuh oleh pawai budaya, semangatnya sama: merawat tradisi, menjaga akar, dan membangun desa dengan hati. Karnaval, sedekah dusun, hingga bersih desa, semuanya menjadi cara warga menegaskan bahwa desa bukan sekadar tempat tinggal, tapi sumber kehidupan.
Di tengah hiruk pikuk itulah Warsubi datang sebagai pemimpin yang hadir, melebur tanpa sekat, menjadi bagian dari denyut nadi rakyatnya.
Menyapa dari jalanan kampung, mendengar langsung keluh kesah, menyaksikan sendiri betapa kearifan lokal masih dijunjung tinggi.
Karena di sanalah harapan untuk Jombang yang makin bersinar terus ditanam, dirawat, dan kelak berbuah, ketika rakyat dan pemimpinnya berjalan bersama, memikul cita-cita yang sama: desa yang hidup, tradisi yang lestari, dan masa depan yang terjaga. (Fit)
Komentar untuk post