JOMBANG.TV- Usai menyelesaikan pertemuan padat di Gedung PKK Pendopo Kabupaten Jombang, Hj. Yuliati Nugrahani, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Jombang, memutuskan untuk langsung pulang ke kediamannya di Mojokrapak.
Namun, ketika menyusuri Jalan Kusuma Bangsa, ia tergoda. Ia meminta berhenti di sebuah warung bakso sederhana yang namanya cukup menggoda: Bakso Lumayan.
Di antara hiruk-pikuk kota kecil yang tak pernah benar-benar tidur, warung bakso itu berdiri bersahaja. Tanpa dekorasi mewah, hanya bangku kayu dan etalase kaca yang sedikit retak dan ditambal dengan rekatan selotip.
Begitu melangkahkan kaki ke dalam warung, aroma kaldu menyeruak, cukup untuk membuat siapa saja melambatkan langkah. Dan pada hari itu, salah satu pelanggannya adalah istri orang nomor satu di Jombang.
“Pingin yang hangat-hangat dan segar,” ujar Yuliati sambil tersenyum, ketika ditanya alasannya singgah. Ia memilih duduk di bangku panjang di bagian tengah warung, tak ingin mengganggu ritme yang sudah ramai dengan pelanggan setia. Maklum, warung bakso ini cukup legendaris karena sudah ada di lokasi yang sama sejak tahun 1972.
Jika dulu hanya tersedia bakso, seiring dengan berjalannya waktu, warung ini mulai berkembang dengan menawarkan aneka ragam jenis bakso, mie ayam dan mie chilli oil.
Dalam hitungan detik, semangkuk bakso pun disajikan. Enam butir pentol halus berendam dalam kuah bening yang mengepul, lengkap dengan gorengan mekar, taburan bawang goreng, seledri, dan mie soun yang terselip rapi. Tak lupa satu sendok sambal merah yang seolah jadi tantangan kecil bagi siapa pun yang menyukai sensasi pedas.
Awalnya, Yuliati mencicipinya dengan percaya diri. Tapi beberapa suap kemudian, ia terkekeh kecil. “Waduh, sambelnya mantap juga,” katanya sambil buru-buru mengambil botol kecap di atas meja. Sedikit manis untuk menetralkan rasa pedas yang sempat membakar lidah. Tak lupa kerupuk rambak kesukaannya menjadi pelengkap menyesap kuah bakso yang gurihnya nendang.
Momen singkat itu pun menjadi cerita ringan yang menghangatkan siang hari. “Kadang hal-hal kecil seperti ini yang bikin rileks. Duduk bareng masyarakat, makan di tempat sederhana, tapi rasanya luar biasa,” tuturnya, masih dengan menyendok bakso perlahan.
Tak ada protokoler resmi, tak ada sambutan megah. Hanya percakapan ringan antara Yuliati dengan pemilik warung tentang jenis bakso yang dijual dan rutinitas pelanggan yang katanya sudah mulai berdatangan sejak jam 10 pagi. Tak lupa, pemilik warung juga meminta foto bersama untuk kenang-kenangan manis.
Di tengah kesibukannya memimpin berbagai program pemberdayaan perempuan dan keluarga di Kabupaten Jombang, singgah di Warung Bakso Lumayan menjadi jeda yang berkesan. Sebuah pengingat bahwa kehangatan kadang datang dari semangkuk bakso yang sederhana, dengan racikan sambal yang “agak keterlaluan”, tapi tetap dirindukan.
Dan siang itu, Jalan Kusuma Bangsa tak hanya menjadi saksi tuntasnya agenda formal seorang Ketua TP PKK, tapi juga cerita kecil tentang rasa, tawa, dan sebuah kecap manis yang menyelamatkan hari. (Fit)
Komentar untuk post