JOMBANG.TV – Puluhan aktivis buruh CV Maska Perkasa Jombang, menggelar peringatan 25 tahun Tragedi Magrib Berdarah (TMB), Sabtu (17/10/). Refleksi digelar, guna merekatkan kembali tali silaturahmi yang sempat terputus akibat situasi pandemi.
Aacara dikemas dalam istighasah dan doa bersama, di kediaman salah satu aktivis buruh, Dwi Sumarsono, di Dusun Sumbernongko, Desa Denanyar, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Silih berganti, para aktivis memanjatkan doa dan menyampaikan sejumlah testimoni tentang peristiwa demonstrasi pada 17 Oktober 1995 silam.
Para aktivis menyebut, tragedi magrib berdarah itu adalah peristiwa pembubaran demonstrasi yang dilakukan aparat terhadap aksi ribuan buruh CV Maska di kantor Depnaker Jombang di Jl Anggrek. Pembubaran terjadi saat Adzan maghrib berkumandang.
“Saat itu, buruh digebuk hingga kocar-kacir oleh aparat bersenjata lengkap. Karena banyak buruh yang mengalami luka-luka, peristiwa itu kemudian dikenal dengan ‘Tragedi Magrib Berdarah’,” kata Slamet, salah satu buruh Maska saat menyampaikan testimoni.
Peristiwa kekerasan tersebut memantik solidaritas dari kalangan mahasiswa. Mereka kemudian membentuk KSBM (Komite Solidaritas Buruh Maska) yang diketuai Syamsunar. Keesokan harinya mahasiswa menggelar aksi di gedung DPRD, menuntut Bupati Jombang Soewoto Adi Wibowo mundur dari jabatannya.
Dari aksi itu, ada tiga mahasiswa ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah Misbahul Zakaria (fakultas pertanian), Syamsunar (fakultas hukum) dan M Romli (fakultas hukum). Ketiganya diseret ke meja hijau namun proses persidangan berjalan cukup lama hingga memakan waktu satu tahun lebih.
Situasi tersebut kemudian memaksa sejumlah pengacara kondang turun ke Jombang untuk memberikan pendampingan hukum. Mereka yang turun mendampingi para aktivis, yakni Adnan Buyung Nasution, Artijo Alkosar, Munir, Bambang Widjajanto, Trimulya D Soerdjadi. Para lawyer tersebut mendampingi tiga aktivis Jombang yang sedang dijerat pasal karet.
“Hingga 1997, persidangan masih berlangsung. Tetapi demonstrasi buruh di Jombang inilah yang menyita perhatian nasional. Pengacara nasional, aktivis, ikut turun ke Jombang. Bahkan, demo buruh Maska menjadi trigger gerakan buruh lainnya di seluruh indonesia,” lanjut Ipul, panggilan akrab Misbahul Zakaria, dalam testimoni.
Dwi Sumarsono, aktivis buruh menambahkan, saat demonstrasi kasus Maska. Buruh dan mahasiswa bergandeng tangan. Buruh membentuk organisasi bernama Kabut (Kelompok Buruh Tertindas). Sejak itulah gerakan buruh semakin masif.
“Hari ini kita bertemu kembali setelah 25 tahun. Forum ini sebagai ajang sulaturahmi bagi kami. Acara serupa akan kita gelar rutin setiap tahun,” ujar Dwi yang saat tragedi magrib berdarah menjabat sebagi Ketua Kabut.
Selain buruh Maska, refkelsi 25 tahun TMB ini sempat dihadiri sejumlah aktivis era 1990-an. Di antaranya, M Djali, Nur Rahman Al Jadab, Rindra Iman Lesmana, Hari Dwi Cahyono, Wibisono, M Masrur, Tarnoto Kicas, serta beberapa aktivis lainnya. Hadir pula Wakil Ketua DPRD Jombang Doni Anggun. Sedangkan saat acara berlangsung, seluruh yang hadiri tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. (AZ)
Komentar untuk post