JOMBANG.TV – Belasan embung atau penampung air hujan, yang berfungsi sebagai sumber sarana pengairan irigasi pertanian di Kabupaten Jombang, mulai kering. Air embung yang biasanya bisa dipakai petani, kini tak bisa lagi karena debit air menyusut.
14 embung yang alami kekeringan ini rata rata berada di wilayah Utara Kabupaten Jombang. Salah satu air embung yang mengalami penyusutan, yakni embung Brumbung, Desa Mangunan, Kecamatan Kabuh.
Debit air embung yang selalu di fungsikan sebagai irigasi area pertanian ini, kini semakin menyusut. Bahkan, sebagian besar embung, sudah mulai mengering hingga dasar embung terlihat pecah-pecah.
Tak hanya embung Brumbung, Air Waduk Grojokan yang ada di Desa Plabuhan, Kecamatan Plandaan juga mengalami hal yang sama. Kondisi ini terjadi sejak bulan Mei lalu dan membuat para petani sekitar desa kesulitan untuk mendapatkan air.
“Sulit sekali, karena menyusut dan kering. Ada pun itu ditengah sana. Kalau ambil air itu harus pakai mesin diesel yang membutuhkan biaya lagi,” kata Sumiran, petani setempat, Rabu 16 Agustus 2023 kemarin.
Di Jombang total embung ada 17. Dari keseluruhan jumlah itu 24 embung berada di area Utara Jombang dan 3 embung lagi di wilayah selatan.
Kepala bidang (Kabid) sumber daya air (SDA) Dinas PUPR Kabupaten Jombang Sultoni mengatakan, saat ini debit air di embung yang ada di utara Brantas berkurang lantaran embung tersebut merupakan penampung air hujan. Pada musim kemarau, otomatis debit air sangat berkurang siknifikan.
“Kondisi terkini secara umum embung tersebut sangat berkurang debit airnya. Karena secara tampungan hanya menampung (air) dari daerah sekitar dan bukan dari sungai,” bebernya.
Kata Sultoni, dari 17 embung secara umum dipergunakan untuk keperluan irigasi kebutuhan air pertanian. Dampaknya, kalau dihitung ada luas lahan pertania sekitar 1.300 hektar yang menggantungkan air dari embung tersebut.
“Kalau di hitung berdasarkan sebaran kecamatan itu ada di wilayah kecamatan Plandaan, Kabuh, Ngusikan dan Kudu,” pungkasnya. (jb2/adm)
Komentar untuk post